JAKARTA — Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), KH Didin Hafidhuddin menyampaikan bahwa tema KUII berkaitan dengan strategi perjuangan umat Islam untuk mewujudkan NKRI yang maju, adil dan beradab. Menurutnya, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan secara mendalam dan jernih pada tema ini.
KH Didin mengatakan, tema KUII ke-VII juga menghantarkan kepada kesadaran transendental bahwa negara yang dicintai ini tidak akan pernah berhasil maju, adil dan beradab tanpa ada kesadaran serta kepatuhan semua warganya untuk melaksanakan ajaran agama. Karena itu bukan waktunya lagi mempertentangkan agama dengan Pancasila.
“Jika ada yang masih mempertentangkan agama dan Pancasila maka sebenarnya adalah pernyataan yang tidak bertanggung jawab dan mengenal sejarah,” kata KH Didin Hafidhuddin memberikan pidato saat pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII di Hotel Novotel, Bangka Belitung pada Rabu (26/2). Cendekiawan Muslim ini menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan maju, adil dan beradab bila semua warganya tidak mematuhi ajaran agama.
Ia menegaskan, NKRI sudah masuk dalam struktur rohani umat Islam. NKRI juga sudah masuk dalam jiwa umat Islam. Bahkan dalam pertemuan-pertemuan MUI, KH Ma’ruf Amin selalu menyatakan ada tiga tugas utama MUI. “Pertama, menjaga dan memelihara ajaran Islam dari berbagai macam pemikiran yang merusak. Kedua, menjaga umat dari berbagai hal yang merugikan. Ketiga, menjaga NKRI dari berbagai macam rongrongan dari dalam dan luar,” ujarnya.
Ia menjelaskan, tiga kosakata terakhir pada tema KUII yaitu maju, adil dan beradab. Para pakar pendidikan Islam menyatakan bahwa masalah yang paling penting dari kehidupan umat manusia adalah hilangnya adab. Oleh karena itu tugas semuanya adalah membangun adab karena adab menjadi ruh dari ajaran agama dan ruh dari kehidupan berbangsa dan bernegara. “Para ulama mengatakan, adab sebelum kita mendapatkan ilmu, beradab lah kamu sekalian, baru kalian belajar,” ujarnya. (Din)