JAKARTA— Umat Islam Indonesia kembali berduka. Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang juga Ketua PP Muhammadiyah, Prof Yunahar Ilyas telah berpulang.
Tokoh kelahiran Bukit Tinggi 22 September 1956 ini, wafat pada Kamis Malam pukul 23.47 (02/01) di Rumah Sakit Sarjito, Yogyakarta.
Semasa hidupnya, almarhum mendedikasikan diri untuk umat dan bangsa. Kiprah guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di MUI berawal sejak 2005.
Almarhum berkhidmat di MUI sejak tahun 2005. Pada tahun 2005-2010 Ptof Yunahar mendapat amanah sebagai Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional. Periode berikutnya, pada tahun 2010-2015 beliau menjabat sebagai Ketua MUI Bidang Penelitian dan Pengkajian.
Pada periode terakhir ini masa khidmat MUI 2015-2020, beliau menjabat Wakil Ketua Umum MUI yang membidangi masalah-masalah keagamaan.
Di selain menjabat di pengurus harian MUI, beliau juga menjabat sebagai wakil ketua umum Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Atas kiprahnya ini, beliau diganjar sebagai Tokoh Syariah 2019 oleh Majalah Investor. Beliau juga menjadi dewan pengawas syariah (DPS) di Bank Bukopin Syariah, Mandiri Utama Finance Syariah, serta Asuransi WanaArtha.
Buya Yunahar, begitu akrab disapa, adalah sosok ulama sekaligus akademisi yang produktif. Di antara karyanya adalah Feminisme dalam Kajian Islam Klasik dan Kontemporer yang diterbitkan Pustaka Pelajar. Oleh banyak kalangan, Prof. Yun dikenal sebagai sosok yang mampu menjelaskan hukum-hukum Islam dengan santun dan tak menyakiti siapapun. Paradigma keberagamaannya, almarhum dikenal sangat moderat.
Meski dalam kondisi yang kurang sehat dan tubuh yang semakin lemah, Buya Yunahar beberapa kali masih menyempatkan hadir rapat pimpinan harian rutin setiap Selasa di Gedung MUI Pusat. Kala tubuhnya benar-benar mengurus dan harus selalu didampingi sang istri, penyabet gelar Lc dari Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh, Arab Saudi ini bahkan tetap hadir di Lombok dalam acara Rapat Kerja Nasional MUI Pusat terakhir masa khidmat 2015-2020 pertengahan Oktober tahun lalu. Hal ini menunjukkan komitmen almarhum dalam mengabdi untuk umat dan bangsa.
Dokter pendamping sekaligus Ketua PP Muhammadiyah, dr Agus Taufiqurrahman yang selama ini turut mendampingi Prof Yunahar menjelaskan, setelah dirawat di RS Sarjito, Prof Yunahar semula dalam rangka persiapan cangkok ginjal.
“Kondisi Buya Yunahar yang terus menurun, kemudian beliau dirawat di ICU,” jelas Agus Taufiqurrahman, sebagaimana dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, Jumat (3/1).
Sekjen MUI Pusat, Buya Anwar Abbas, dalam keterangan tertulisnya Jumat (03/01) pagi tadi juga menyampaikan dukanya atas kepergian Prof Yun. Menurutnya, Prof. Yun adalah sosok ulama mumpuni yang kreatif dalam mencari jalan keluar di setiap permasalahan-permasalahan yang buntu.
“Beliau adalah orang bijak yang sering bisa melihat celah di saat banyak orang sudah mengalami rasa buntu, beliau adalah ulama yang mumpuni,” katanya.
“Mudah-mudahan itu semua (amal ibadah itu) nanti akan menjadi penolong beliau dalam menghadap Allah SWT di alam akhirat sana,” imbuhnya.
Selamat jalan Buya Yunahar, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan mengampuni segala kekhilafan. (Azhar/ Nashih/Thobib)