JAKARTA— Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, KH Muhyiddin Junaidi mengungkapkan maksud kedatangan delegasi Taliban Selasa (30/07) lalu di MUI Pusat.
Delegasi Taliban yang dipimpin langsung Abdul Ghani Barada, Kepala Kantor Politik Taliban di Qatar itu bertujuan meminta Indonesia berperan dalam menciptakan perdamaian di sana sesuai kapastias yang dimilikinya.
“Dia adalah pimpinan delegasi Taliban dan mantan tangan kanan Mullah Umar, sekarang dia menjabat Kepala Kantor Politik Taliban di Qatar,” kata dia, Kamis (01/08).
Bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, sebelumnya pada Sabtu (27/07), Kiai Muhyiddin ikut serta dalam diskusi dengan pihak delegasi Taliban. Dalam diskusi tersebut, Kiai Muhyiddin mengatakan Indonesia akan berusaha menjadi juru damai di Afghanistan.
Indonesia, kata Kiai Muhyiddin, nanti akan membentuk pasukan pengaman perdamaian. Pasukan ini, tuturnya, penting karena Afghanistan akan mengalami masa transisi seiring dengan ditariknya pasukan AS dan lainnya dari Afghanistan.
“Era transisi usai penarikan pasukan AS dan lainnya harus dibentuk peace keeping force dimana Indonesia berpengalaman,“ katanya.
Agar kondisi perdamaian itu berkesinambungan, kata Kiai Muhyiddin, Indonesia juga mengatakan siap membantu dalam bidang capacity building. Di antaranya, kata Kiai Muhyiddin, Indonesia akan melatih para tenaga medis untuk pria dan wanita, pelatihan khusus pegawai administrasi negara, serta pembentukan Majelis Ulama Afghanistan.
Dari sisi pendidikan, kata dia, Indonesia akan berupaya memberikan beasiswa bagi siswa atau mahasiswa asal Afghanistan menimba ilmu di pesantren/SMA maupun perguruan tinggi di Indonesia. Indonesia juga akan melakukan pelatihan manajemen haji bagi Afghanistan. “Juga zakat dan sekolah agama sesuai dengan pengalaman Indonesia,” kata dia.
Kiai Muhyiddin menambahkan, Indonesia juga akan mensosialisasikan konsep Islam wasathiyyah versi Indonesia kepada Afghanistan secara nasional. Ide ini sejalan dengan keberadaan Islamic Centre Indonesia di Kabul. Lokasi itu akan dijadikan tempat percobaan karena di dalamnya ada beberapa bangunan penting seperti masjid, sekolah, dan rumah sakit.
“Islam wasathiyyah versi Indonesia perlu di sosialisasikan secara nasional di Afghanistan. Islamic center Indonesia di Kabul bisa dijadikan pilot project,” tutur dia.