JAKARTA — Koordinasi dakwah antarormas Islam maupun pendakwah merupakan elemen penting supaya dakwah tepat sasaran dan memiliki jangkauan lebih luas. Demikianlah pemaparan Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Cholil Nafis, di kala mengisi Halaqah Dakwah di Masjid Agung Baiturrahman, Semarang, Kamis (21/02).
Pengaruh Pesantren Cendekia Amanah Depok ini memaparkan, dakwah saat ini tidak bisa dilepaskan dari data. Entah itu data statistik terkait dakwah maupun data penopang materi dakwah.
“Karenanya diperlukan peta dakwah agar saat berdakwah berpijak pada data, yang kita sebut dakwah base on data,” ungkap Kiai Cholil melalui keterangan tertulis, Kamis (21/02).
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia itu mengungkapkan, saat ini Komisi Dakwah MUI telah merampungkan materi pedoman dakwah sebagai wujud penyempurnaan kegiatan dakwah ke depan. Melalui pedoman ini, para pendakwah akan mampu memberikan dakwah secara lebih tepat sasaran.
Di dalam pedoman dakwah, materi dakwah juga lebih wasathiyah atau moderat sehingga tidak condong ke ekstrem kanan atau kiri. Dakhwah pun, nantinya akan lebih mencerahkan.
“Pedoman dakwah ini memberi arah dakwah yang lebih efektif dan wasathiyah (moderat). Memuat ketentuan dai kompeten dan profesional, kode etik dakwah agar dakwahnya lebih mencerahkan, dan Dewan Etik untuk menangani persoalan ketika ada masalah antara dai dan masyarakat,” paparnya.
Kiai Cholil mengatakan, Komisi Dakwah juga tengah menyiapkan pelatihan bagi para da’i melalui program yang disebut akademi dakwah. Pelatihan yang rencananya dimulai bulan Maret ini bertujuan menjamin kualitas da’i.
“Nantinya para pengisi acara keagamaan Islam di masyarakat adalah orang yang berkualitas, kompeten dan berakhlakul karimah,” katanya. (Azhar/Din)