JAKARTA – Delegasi khusus dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengunjungi China untuk memastikan kebenaran pemberitaan terkait Muslim Uighur. Sebelum mengunjungi Xinjiang, provinsi tempat domisili muslim Uighur, delegasi dari MUI bersilaturahmi terlebih dahulu ke lembaga Islam di China yaitu China Islamic Association (CIA), Selasa (19/02) kemarin.
Ketua MUI yang membidangi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, KH. Muhyiddin Junaidi memimpin tim tersebut. Turut dalam rombongan MUI, Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi KH. Masduki Baidlowi, Ketua MUI Bidang Kerukunan antar Umat Beragama Buya Yusnar Yusuf, Wasekjen MUI Bidang Hukum Rofiqul Umam Ahmad, Wasekjen MUI bidang Pengembangan Ekonomi Umat, Misbahul Ulum, serta Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI, Sobahus Surur.
Ikut serta pula perwakilan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Pusat Muhammadiyah.
Ketua CIA, Syekh Hasan Yang Faming bersama jajarannya menyambut kedatangan tim MUI. Pertemuan antara MUI dan CIA tersebut merupakan silaturahmi yang bertujuan memupuk persaudaraan sesama umat Islam.
Kiai Muhyiddin memaparkan salam hormat yang diberikan kepada sesama muslim di China.
“Mudah-mudahan pimpinan CIA tidak bosan dengan kedatangan kami,” katanya, Selasa (19/02).
Pihak CIA sendiri, sebelumnya memang kerap mengunjungi Indonesia termasuk ke Kantor MUI Pusat. Kiai Muhyiddin meyakini dengan rutinitas kunjungan muhibah yang tinggi, mampu menjalin ukhuwah islamiyah yang lebih baik.
Dikatakannya, hubungan antara muslim Indonesia dengan muslim China sudah berjalan sejak lama. Hubungan itu selama ini berlangsung baik. Ia mencontohkan kedatangan Ceng Ho dahulu kala membuktikan bahwa muslim China dan muslim Indonesia memang sudah dekat sejak lama.
“Secara historis hubungan kedua bangsa ini sudah cukup baik. Kunjungan Marsekal Ceng Ho jadi bukti bahwa muslim China sudah datang ke Indonesia sebelum Indonesia merdeka,” paparnya.
Ia menjelaskan, kedatangan tim MUI ini ke China adalah karena kesadaran Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia. Bila terjadi masalah terhadap sesama muslim di negara lain, maka Indonesia memiliki tanggung jawab moral di dalamnya. Dia menekankan, tanggung jawab moral Indonesia itu berlandaskan pada toleransi, persahabatan, serta kemauan untuk maju.
Kedatangan delegasi MUI ini merupakan undangan dari pihak China. Tujuannya melakukan tabayyun terhadap berita diskriminasi kepada Muslim Uighur yang selama ini sudah beredar dari media masa maupun media sosial. Delegasi MUI mendatangi CIA terlebih dahulu selain silaturahmi, juga menambahkan informasi yang seimbang dalam proses tabayyun ini.
“Karena beredar informasi di media sosial tentang kondisi Muslim Uighur, kami perlu mendapatkan informasi sebagai penyeimbang. Kami tidak sepenuhnya percaya dengan pemberitaan tersebut, kami percaya masih ada ruang untuk dapatkan info lebih akurat,” paparnya.
Ketua CIA, Syekh Hasan Yan Faming mengatakan, level kebebasan menjalankan perintah agama di China berangsur-angsur membaik pasca adanya kebijakan birokrasi dan informasi oleh pemerintah. Tahun ini, ungkapnya, China resmi menapaki tahun ke 40 sejak pemberlakuan kebijakan birokrasi pertama kali. Kehidupan di China pun berjalan semakin baik.
“Indeks kebahagiaan China juga meningkat. Lebih banyak yang bisa beribadah. Empat tahun lalu orang yang bisa beribadah lebih dari 12 ribu orang. Saat ini, beribadah di di China bisa secara aman, teratur, beradab. Di bawah dukungan pemerintah, sekarang kami bisa koordinasikan pemberangkatan muslim ke Mekah dari enam kota,” pungkasnya. (Azhar/Anam)