Jakarta – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Zainut Tauhid Sa’adi mengajak kaum perempuan tidak berhenti hanya menuntut kesetaraan gender dengan kaum laki-laki. Kesetaraan itu perlu, namun tutur Buya Zainut, yang tidak kalah penting adalah peningkatan kualitas diri dan kesadaran diri seorang perempuan mengenai kodratnya.
“Perempuan tidak saja hanya menuntut berbagai kesetaraan dengan kaum laki-laki, tetapi perempuan juga harus meningkatkan kualitas diri dan kualitas kesadarannya agar tidak terjerumus, agar tidak merusak jatidiri, citra, dan kodratnya sebagai perempuan, ” ungkapnya saat membuka Kongres Muslimah Indonesia (KMI) II di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Senin (17/12).
Tuntutan perempuan akan kesetaraan meskipun hasilnya dianggap kurang maksimal, tutur Buya Zainut, namun dari waktu kesetaraan itu semakin menguat. Pemerintah kerap merespon tuntutan-tuntutan itu dengan melahirkan instrumen regulasi seperti UU Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
“DPR dan pemerintah mengakomodasi dan memfasilitasi, walaupun pemerintah masih dituntut untuk melakukan ikhtiar dan mengawal berbagai UU yang memberikan perlindungan dan pengembangan perempuan di semua bidang, ” katanya.
Untuk itu, selain tuntutan kesetaraan, Buya Zainut mengimbau kaum perempuan muslim khususnya semakin giat meningkatkan kualitas diri. Apalagi pada zaman globalisasi seperti sekarang ini sekat-sekat tebal yang sebelumnya memisahkan kaum perempuan dengan laki-laki kian memudar. Artinya, kesempatan kaum perempuan untuk maju juga semakin terbuka lebar sama dengan laki-laki.
“Globalisasi menunjukkan adanya kemajuan di bidang tekhnologi dan komunikasi, kemajuan ini memberikan dampak pada keterlibatan perempuan di bidang-bidang lainnya, ” katanya.
Meski begitu, Buya Zainut mengingatkan agar para perempuan juga sadar akan fitrahnya sebagai isteri dan ibu. Nasib generasi mendatang berada di tangan perempuan. Ia mengatakan era globalisasi selain melahirkan manfaat juga ancaman seperti pergaulan bebas yang mengorbankan keluarga serta anak-anak dan masa depannya.
“Rumah tidak lagi menjadi hijab dan pelindung yang tetap karena alat-alat berbasis IT tersimpan di dalam rumah, peran ibu menjadi sentral, ” imbuhnya.
Ia menambahkan, perempuan juga semestinya sadar bahwa selain menjadi orang yang merdeka dan mandiri, juga menjadi ibu dan isteri yang memiliki tanggung jawab bersama suami menghadirikan keluarga yang penuh cinta kasih dan kebahagiaan.
“Kesadaran ini perlu untuk melahirkan generasi-generasi selanjutnya yang berkualitas, bertakwa, sehat, cerdas, mandiri, kreatif, memiliki semangat kebangsaan yang tinggi, dan berorientasi masa depan,” pungkasnya. (Azhar/Anam)