BALI — Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Sekretariat Wakil Presiden mengajak 79 santri Afghanistan untuk belajar toleransi dalam keberagaman di Universitas Udayana, Bali pada Kamis (29/11).
79 santri asal Afghanistan itu sedang melakukan pendalaman keagamaan (short course) selama empat bulan di Indonesia.
Muhammad Siradj Parwito, asisten Deputi Setwapres RI, menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan rangkaian program short course selama di sini.
“Sebelumnya mereka telah belajar pendalaman Agama Islam di Pondok Pesantren Tazakka Batang dan Daarul Amanah, “ ujar Siradj.
Kedatangan rombongan MUI bersama santri Afghanistan disambut oleh perwakilan Rektor Udayana, Prof Dr Ida Bagus Wyasa Putra di Auditorium Universitas Udayana.
“Salam hangat dari ibu rektor, Kami mengapresiasi program kerjasama MUI dan Setwapres ini, “ kata Prof Ida.
Lebih lanjut, kata Ida, pihaknya mengharapkan siswa Afghanistan dapat memperoleh pelajaran persatuan dalam keberagaman.
“Semoga para santri dapat belajar tentang pendidikan multikulutral, “ katanya.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, KH Muhyiddin Djunaidi, mengaskan bahwa umat Islam di Indonesia berkomitmen menjadi penengah dalam bentuk dialog antara Afghanistan dan Pakistan.
Indonesia, kata Kiai Muhyiddin, memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang berfungsi untuk mempersatukan bangsa Indonesia.
“Pancasila menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam dengan Bhineka Tunggal Ika-nya, “ kata Kiai Muhyiddin.
Kekuatan bangsa Indonesia, lanjutnya, berasal dari keragaman yang ada di dalamnya, baik agama, etnis, maupun suku bangsa.
Dirinya berharap, Indonesia bisa dijadikan contoh dalam menciptakan kedamaian dan ketentraman di Afghanistan dengan Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Ichwan/Din)