RAJA AMPAT– Rombongan peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat bersama perwakilan MUI Provinsi disambut dengan suguhan budaya prosesi injak piring pada Kamis (22/11) di Raja Ampat, Papua Barat.
Ketua Umum MU nonaktif, KH Ma`ruf Amin, sebagai ketua rombongan mewakili peserta rakernas diminta untuk menginjak piring di hadapan masyarakat lokal.
Sebelumnya, saat perahu rombongan MUI merapat dipelabuhan Waisae, penduduk setempat sudah melakukan tarian adat papua dan diiringi shalawat dengan tabuhan tifa, alat musik khas Papua, mirip rebana di Jawa.
Menurut Ketua Panitia Lokal Rakernas IV, Mugiono, prosesi tersebut sebagai tanda penghormatan seseorang masuk dalam suatu daerah di Papua Barat.
“Injak piring adalah bukti dan cara penghormatan kami masyarakat Papua Barat dalam menyambut tamu,“ kata Mugiono.
Lebih lanjut, kata Agus, Injak Piring merupakan bukti orang tersebut pernah ke Papua dan sudah menjadi bagian dari masyarakat Papua, ketika ia akan kembali lagi beberapa saat nanti sepatutnya tidak merasa asing lagi.
“Dengan injak piring, tamu tersebut sudah dianggap bagian dari masyarakat Papua,“ ungkap Agus.
Injak piring atau yang lebih dikenal dengan istilah Mansorandak, adalah tradisi turun temurun suku Biak di Teluk Doreri, Manokwari, Papua Barat.
Dahulu, tradisi ini dilaksanakan untuk menyambut anggota keluarga yang baru kembali dari tanah rantau dalam kurun waktu yang cukup lama. Lewat tradisi ini masyarakat setempat mengungkapkan rasa syukur dan gembira mereka atas kepulangan anggota keluarga mereka. (Ichwan/Nashih)