JAKARTA -– Wakil Ketua Umum Majelis Indonesia, Prof Yunahar Ilyas, menekankan para da`i untuk berdakwah tidak hanya bermodal ilmu, tapi juga mengatur strategi saat membuka Halaqah Dakwah Nasional dan Literasi Keuangan Syariah Rabu (7/11) di The Acacia Hotel, Kramat, Senen, Jakarta Pusat.
“Dakwah bil hikmah dalam Tafsir Al-Muyassar bermakna bin nashhi (Al-Qur`an dan As-Sunnah) wal aqli (Ide dan Pemikiran), “ terang Prof Yunahar.
Sebagai pendakwah, sambungnya, para dai harus mengerti dan faham keadaan mad`u (orang yang didakwahi) terkait materi dan metode apa yang tepat untuk disampaikan.
Semua isi Al-Qur`an dan As-Sunnah, lanjutnya, sudah mutlak benar 100%. Tetapi, dari enam ribuan ayat itu perlu dipilah dan dipilih terkait kebutuhan objek yang didakwahi (mad`u).
“Menentukan pesan yang tepat untuk audiens adalah hal terpenting dalam berdakwah, saat takziah jangan menyampaikan ayat tentang la in syakartaum, “ kata Prof Yun, Dosen Pascasarjana Muhammadiyah.
Dalam berdakwah, terangnya, perencanaan dan persiapan sangat penting, untuk itu, para dai perlu melakukan penelitian dan survei dakwah.
Lebih lanjut, Ketua Komis Dakwah dan Pengembangan Masyrakat, KH Cholil Nafis, mengatakan saat ini sedang finalisasi penyusunan Peta Dakwah yang nantinya akan dicetak dan dibagikan ke para dai.
Peta dakwah, lanjut Kiai Cholil, merupakan kumpulan data dan informasi soal umat Islam di suatu wilayah. Nantinya, hasil data itu akan berguna dalam merumuskan strategi dakwah yang tepat karena setiap wilayah punya pendekatan dakwah yang berbeda.
“Peta dakwah itu meliputi kondisi umat Islam di Indonesia yang menjadi objek dakwah, dengan peta ini diharapkan dakwah dapat bersinergi lebih maksimal. Dari situ, juga dapat dirumuskan metode yang tepat digunakan dalam berdakwah, secara lisan, tulisan, atau praktek langsung pemberian solusi ke umat, “ kata Kiai Cholil.
Pembuatan peta dakwah, lanjut Kiai Cholil, bermula dari kegiatan rutin yang dilaksanakan MUI bersama ormas Islam tingkat daerah.(Ichwan/Din)