Palangkaraya – Forum Dialog Literasi Media Sosial yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI Pusat) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika di Kota Cantik Palangkaraya menjadi kegiatan ke-11 di tahun 2018 ini.
Mewakili MUI Provinsi Kalimantan Tengah, KH Muhammad Amin Suhaimi, mengajak para peserta untuk ikut aktif berpartisipasi dan mengikuti dengan seksama kegiatan Forum Dialog Literasi pada Sabtu (13/10) di Swiss-Bel Hotel, Jl. Tjilik Riwut, Palangka Raya.
“Hampir semua orang saat ini berkomunikasi dengan media sosial, perlu peran pemuda untuk mengisi media sosial dengan berbagai hal positif agar kondisi permusuhan, fitnah, adu domba, dan ujaran kebencian dapat dibendung,” kata Kiai Amin.
Sejalan dengan itu, efek negatif dari sisi kesehatan dan kejiwaan, kata Selamatta Sembiring, sudah menimbulkan kasus anak yang terganggu kejiwaannya di suatu daerah.
Di usia lima tahun, lanjutnya, ketebalan otak hanya 0.5 mm, pada usia 10 tahun ketebalannya 1 mm, jika anak-anak telah terbiasa dengan berinteraksi dengan gadget sejak kecil, otak anak yang tulang tengkoraknya hanya setebal 0.5 mm akan sangat mudah terpapar radiasi dari gadget.
“Terlalu banyak interaksi dengan gadget beresiko terpapar radiasi dan menyebabkan gangguan kesehatan dan jiwa, sudah terbukti dua anak yang mengalami gangguan jiwa di Bondowoso, Jawa Timur,” jelas Selamatta.
Berdasarkan survei, sambungya, beberapa negara barat membatasi penggunaan gadget untuk anak. Penggunaan gadget yang berlebih dapat juga merubah perilaku dan sikap seorang anak.
Selain itu, Wakli Ketua Komisi Infokom MUI Pusat, Hari Usmayadi, merasa prihatin dengan minimnya tingkat litearasi remaja padahal penggunaan media sosial di Indonesia sudah sampai 70%.
“Sifat bijak seseorang anak yang memiliki media sosial dan memiliki gadget tidak seperti generasi-generasi sebelumnya, padahal Indonesia diperdiksi akan mengalami bonus demografi beberapa tahun kedepan,” kata Usma.
Negeri yang kita cintai ini, terang Usma, memiliki dua prediksi yang saling berlawanan, pertama adalah semakin maju dengan kekuatan ekonomi no 5 di dunia atau akan makin terpuruk dengan sebab banyaknya ujaran kebencian dan hoax di media sosial.
“Tahun 2030, Indonesia diperdiksi menjadi raksasa eknomi no 5 di dunia dan ditahun itu pula Indonesia diprediksi akan terbagi menjadi negara-negara kecil,” jelas Usma.
Maju atau malah hancurnya negara yang kita cintai ini adalah tergantung temen-temen generasi millenial, jika kita hanya terfokus pada saling ghibah dan saling hujat, kita akan tertinggal dengan bangsa-bangsa lain.
Namun sebaliknya, jika teman-teman generasi milenial fokus mengembangkan diri pada kemampuan dan bakat masing-masing dan menghindari penggunaan media sosial yang negatif, Indonesia akan menjadi negara besar beberapa tahun mendatang.(Ichwan/Anam)