JAKARTA– Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia mengungkap lima ancaman yang saat ini sedang dihadapi Indonesia. Hal ini mengemuka dalam Rapat Pleno bulanan. Bulan lalu, rapat berlangsung Rabu terakhir September.
Sekretaris Wantim MUI Prof Noor Achmad mengatakan, ancaman pertama terkait ideologi yang saat ini berkembang mulai radikalisme hingga komunisme.
“Diantara Ideologi-ideologi berbahaya tersebut adalah komunisme yang anti-Tuhan dan agama yang belakangan ini mengemuka secara leluasa dalam kehidupan bangsa,” ungkapnya Rabu (26/09) di Gedung MUI Pusat, Jakarta.
Guru Besar Universitas Wahid Hasyim Semarang ini menambahkan, ancaman nomor dua yaitu sikap pembiaran maupun pengabaian bahaya ideologi-ideologi tersebut.
Sikap permisif seperti ini, tuturnya, kerap ditunjukkan sebagian masyarakat serta anggota legislatif maupun eksekutif. “Adanya sikap pembiaran dan pengabaian terhadap isme-isme di atas baik yang ditampilkan warga masyarakat maupun oleh penyelenggara negara baik legislatif maupun eksekutif,” katanya.
Ancaman lainnya, lanjutnya, berupa nilai-nilai Pancasila hanya berhenti pada lisan, tidak mencakup perbuatan. Tidak ada tindakan untuk menjalankan nilai Pancasila secara menyeluruh dan simultan.
“Adanya deviasi, distorsi, dan disorientasi kehidupan nasional dari nilai-nilai dasar Pancasila dan UUD 1945. Sebab Pancasila hanya diucapkan namun tidak di implementasikan, ” lanjutnya.
Keempat, kata dia, ancaman pada eksistensi bangsa. Ancaman ini, tutur anggota DPR ini, juga merupakan ancaman eksistensi umat Islam. Untuk itu umat Islam diminta mengawal dan menjaga eksistensi bangsa ini.
Menurut dia, ancaman keempat ini tidak hanya ancaman bagi umat Islam tetapi juga ancaman bagi bangsa Indonesia. “Kepada umat lslam diserukan untuk menunjukkan tanggungjawab dalam mengawal dan menghadapi ancaman terhadap bangsa,” ucapnya.
Terakhir, imbuh dia, adalah ancaman persatuan dan kesatuan. Butuh persatuan dan kesatuan yang mengedepankan ukhuwah Islamiah, menahan diri, sehingga tidak menyebarkan kebencian. Terlebih lagi saat ini sudah memasuki musim pemilu.
“Jadikan pemilu sebagai sarana beradab untuk mengatasi ketidakadaban. Maka pilpres jangan terjebak kepada ketidakadaban,” kata dia. (Azhar/Nashih)