Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI yang berlangsung di Pondok Pesantren Alfalah Banjarbaru Kalimantan Selatan 7-10 Mei menjadi catatan sendiri bagi kiai, ustad dan santri Alfalah.
“Kami bersyukur ditunjuk menjadi tuan rumah Ijtima’ Ulama dan ini merupakan kehormatan yang luar biasa bagi pesantren kami,” kata KH Syamsuni, S. Pd. I. Pengasuh pesantren Putera Alfalah Banjarbaru.
Hal ini mendorong semangat belajar para santri dan memberi catatan kebanggaan. ” Mereka melakukan kerja bakti atas kesadaran sendiri dalam rangka menerima tamu para ulama se Indonesia,” kata santri angkatan kelima pesantren ini.
Sekitar dua bulan sebelumnya, Kanwil Kemenag Kalsel, Pemda dan MUI Pusat menghubunginya dan tiga kali dilakukan survey.
Setelah survey itu, kemudian ditentukan lokasi Ijtima’ diselenggarakan di pondok pesantren puteri. “Kami tawarkan pesantren putera dengan lapangan bola ditolak dan pesantren puteri dianggap lebih pas lokasinya,” kata kiai berusia 48 tahun ini.
Karena itu ujian akhir santri putri diajukan dan diliburkan sejak tanggal 5 Mei. Sementara santri putera masih harus mengikuti ujian semester akhir. Ramadhan menjadi bulan libur pesantren hingga awal Syawal nanti.
Perhelatan ini menjadi perhelatan kedua pesantren Alfalah setelah Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) Nasional tahun 2008 yg diikuti 2.000 peserta dari 30 provinsi. Hanya, kali ini lebih tinggi tingkatannya karena menjadi ajang pertemuan ulama yang sangat dihormati di pesantren itu.
Sejak 1975
Pondok pesantren Alfalah didirikan oleh KH Muhammad Tsani tahun 1975. Kiai Tsani adalah teman karib KH Dr. Idham Chalid, tokoh NU asal Kalimantan Selatan. Kiai Tsani ikut membantu Pondok Pesantren Darul Maarif yang didirikan Kiai Idham.
Alfalah kini menjadi pesantren terbesar di Kalimantan Selatan dengan jumlah santri putera puteri mencapai hampir 4.000 santri. (MH/ASR)