Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jendral (Purn) Wiranto mengatakan, Kiai Ma’ruf Amin merupakan sosok ulama besar dan pejuang. Dua hal tersebut, sebut Wiranto, adalah talenta yang diberikan Allah kepada Ketua Umum MUI ini.
“Khusus kepada Kiai Ma’ruf, Allah memberikan talenta sebagai ulama besar sekaligus sebagai pejuang, ” ucap Wiranto saat memberikan sambutan dalam acara Milad ke -75 dan Peluncuran Buku Biografi Kiai Ma’ruf Penggerak Umat Pengayom Bangsa di Muamalat Tower, Kuningan, Jakarta Senin (12/03) malam.
“Sampai saat ini beliau memang selalu sarat dengan perjuangan keislaman dan semangat kebangsaan kita, ” tambahnya.
Menurutnya, dua posisi penting Kiai Ma’ruf saat ini yakni Ketua MUI sekaligus Ra’is Aam PBNU tidak lepas dari jalan perjuangan yang panjang. Sebelum sampai posisi ini, Wiranto mengatakan, Kiai Ma’ruf telah menjadi pengurus NU dari tingkat bawah, Anggota DPRD, Pencetus PKB, bahkan sampai dua kali menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Dengan rentang pengalaman sebanyak itu, Wiranto menyebutkan bahkan Kiai MA’ruf patut mendapat julukan guru bangsa.
“Pengalaman beliau yang sangat panjang membuat beliau mempunyai modal cukup kuat untuk sebagai guru bangsa, ” katanya.
Ketika ada masalah negara yang cukup pelik, Wiranto melanjutkan, Kiai Ma’ruf kerap hadir. Hadirnya Kiai Ma’ruf itu membuat Wiranto seperti menemukan teman yang juga panutan, sehingga ia seolah memiliki kekuatan baru.
“Dari beliau inilah yang kemudian banyak sekali saran saran langkah-langkah pemikiran menyelesaikan masalah bangsa ini, ” ujarnya.
Seperti tentara yang terus memperjuangkan negaranya, ia menyebut semangat Kiai Ma’ruf sebagai ulama tidak pernah surut. “The old ulama never done, serve the nation forever, ” tegasnya.
Sementara itu, Kiai Ma’ruf dengan rendah hati mengatakan bukan dia yang selama ini menggerakkan umat. Memang betul ikut serta menggerakkan, tapi ia, tuturnya, lebih sebagai pendorong penggerak utama.
“Saya memang ikut menggerakkan umat namun bukan penggerak, ” ungkapnya.
Sebagai penggerak, Kiai Ma’ruf mengatakan sudah memulai membentuk gerakan Arus Baru Ekonomi Indonesia. Sebuah gerakan ekonomi yang menggerakkan kelas bawah, sebagai solusi tidak berjalannya trickle down effect dan melebarnya kesenjangan ekonomi.
Sebagai pengayom bangsa, berulang kali Kiai Ma’ruf mengatakan bahwa Pancasila dan UUD 1945 adalah kalimatun sawa’, kesepakatan, sehingga bangsa ini tidak mudah terpecah belah.
“Potensi konflik bangsa ini besar sekali untuk itu dua hal itu (Pancasila dan UUD 1945) harus dijaga, ” ujar Kiai Ma’ruf. (Azhar/Anam)