Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Florian Witt, mendatangi Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat pada Jumat (9/03) untuk membahas perdamaian di Afghanistan yang saat ini sedang diupayakan pemerintah Indonesia bersama MUI. Kedatangan Florian tersebut disambut Ketua MUI Bidang Luar Negeri, KH. Muhyiddin Junaidi.
Dalam pertemuan itu, Florian menceritakan pengalaman Uni Eropa selama ini dalam mendamaikan Afghanistan. Uni Eropa sudah mengupayakan perdamaian melalui program Capacity Building. Namun, meskipun dana sudah banyak digelontorkan, perdamaian di Afghanistan belum juga terlihat.
“Uni Eropa sudah terlibat peace process dalam capacity building, namun dana yang digelontorkan belum mampu mendorong terciptanya perdamaian di negara tersebut, ” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Kiai Muhyiddin mengungkapkan, inti permasalahan perang di Afghanistan adalah adanya kesalahpahaman internal khususnya di kalangan ulama.
“Ulama punya peran sentral di Afghanistan karena memiliki pendukung yang banyak, fanatik, dan siap mati syahid, ” ujar Kiai Muhyiddin.
Kepada Florian, Kiai Muhyiddin juga menyampaikan langkah-langkah yang nanti akan ditempuh Indonesia untuk perdamaian Afghanistan.
Mendengar paparan Kiai Muhyiddin, Florian Witt mengatakan sangat tertarik dengan peran Indonesia dalam mengupayakan perdamaian Afghanistan. Langkah yang diambil Indonesia menurutnya adalah langkah berani karena siap menjadi host country dalam pertemuan ulama tiga negara nanti.
Dirinya menambahkan, Indonesia memiliki tiga modal sangat penting untuk mengupayakan perdamaian di Afghanistan. Selain memiliki penduduk muslim terbesar di dunia dan memiliki pengalaman luas di bidang perdamaian, Indonesia juga memiliki hubungan baik dengan Afghanistan maupun Pakistan, serta negara PBB lainnya.
“Ini peran yang sangat penting, dan kami yakin Indonesia bisa menjadi hakim yang adil, menjadi hakim yang netral, dan bisa menelurkan keberhasilan dalam bidang diplomasi, bidang perdamaian, di negara lain, ” ucap Florian. (Azhar/Thobib)