JAKARTA– Majelis Ulama Indonesia (MUI) menginisiasi pertemuan ulama tiga negara bahas perdamaian Afghanistan. Pertemuan yang melibatkan ulama Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan akan dihelat pada 26-28 Maret mendatang di Jakarta.
Rencana tersebut tercetus dalam dialog antara MUI dan Delegasi untuk Perdamaian Afghanistan (High Peace Council/HPC). Hadir dari MUI antara lain Wakil Ketua Umum MUI Prof Yunahar Ilyas, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri KH Muhyiddin Junaidi, Wasekjen MUI Ustaz Zaitun Rasmin, dan perwakilan pengurus MUI.
Sementara hadir dari HPC Afghanistan sejumlah ulama yaitu Ataullah Lodin yang sekaligus Ketua Delegasi HPC, Khudabakhsh Mohseni, Abdul Khair Uchqoon, Aminuddin Muzatari, dan Mohamad Qasim Halimi. Hadir pula Dubes Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani. Perwakilan Kementerian Luar Negeri dan dan Kantor Sekretariat Wakil Presiden juga hadir dalam pertemuan itu.
Ketua Delegasi HPC Ataullah Lodin menjelaskan, kunjungan kali ini merupakan tindak lanjut layatan resmi utusan perdamaian Afganistan ke Indonesia beberapa waktu lalu. Misi utama kali ini adalah meminta bantuan MUI sebagai mediator dialog antara ulama Afghanistan dan Pakistan.
Dia menyebutkan, Indonesia dinilai tepat lantaran negara ini adalah negara Muslim terbesar dan tentu dianggap memiliki pengaruh di mata internasional. “Kami ingin MUI membantu memediasi ulama dua negara ini demi terwujudnya perdamaian di Afghanistan,” kata dia di Jakarta, Selasa (13/2).
Ataullah mengungkapkan, alasan pentingnya melibatkan ulama Pakistan karena berdasarkan temuan kuat, sejumlah aksi bom bunuh diri dan jihad yang hingga sekarang mengancam Afghanistan berasal dari oknum tokoh warga negara Pakistan dan atau aktor yang hanya berdomisili di Pakistan. “Kita tidak hendak menyudutkan Pakistan tapi semata ingin para oknum ulama yang berafiliasi ke Taliban itu sadar dan menghentikan seruan jihad mereka di Afghanistan,” kata dia.
Sementara Wakil Ketua Umum MUI Prof Yunahar Ilyas mengatakan, MUI siap menjembatani dialog tripartit guna mendorong terwujudnya perdamaian di Afghanistan. Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, ulama Indonesia mesti memberikan peran nyata bagi kedamaian di Afghanistan.
“Pengalaman Indonesia menghadapi beragam pemikiran dan pergerakan bisa dijadikan rule model dalam konteks Afghanistan,” kata dia. Dalam pertemuan tersebut Yunahar membeberkan sejarah dan keberagaman serta peran besar Ormas Islam moderat dalam menegakkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan HPC dan MUI tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan antara lain, tema yang akan diangkat adalah “Dialog Ulama Tripartit (Indonesia-Pakistan-Afghanistan) untuk Mewujudkan Perdamaian di Bumi Islam Afghanistan” dan rencana Deklarasi Jakarta untuk perdamaian Afghanistan.
Secara terpisah Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin mengusulkan pendirian lembaga semacam MUI di Afghanistan. Berkaca pada MUI, lembaga tersebut akan menjadi wadah beragam perkumpulan dan ormas Islam dengan berbagai latarbelakang ideologi dan pemikirannya. Dengan demikian perbedaan yang muncul akan dapat dikelola dengan baik sesuai dengan prinsip Islam yang luhur.
“Ormas Islam yang bergabung ada 70 di Indonesia, MUI yang mengelola perbedaan, ” kata Kiai Ma’ruf di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Selasa (13/2). Dia mendukung terealisasinya Dialog Tripartit tersebut untuk mewujudkan perdamaian di Afghanistan.
Sementara itu, usai menerima kunjungan delegasi HFC Afghanistan Senin (12/2) di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah Indonesia dan Afghanistan saat ini sedang melakukan komunikasi intensif demi perdamaian di Afghanistan.
“Intensifikasi komunikasi kita lakukan. Yang kedua, Indonesia dari komunikasi. Komunikasi ini tidak hanya dengan pemerintah Afghanistan, tetapi dengan yang lain-lain karena Indonesia percaya, atau bisa diterima untuk bisa memberikan kontribusi untuk peace process-nya,” kata dia kepada wartawan seperti dilansir Antara. (Azhar/Nashih)