JAKARTA — Prof Azyumardi Azra saat Pembukaan Pleno Islamic Conference On MUI Studies mengatakan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sangat suportif terhadap pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
“Selama 42 tahun hadirnya MUI, Fatwa MUI dirasakan sangat suportif dengan pembangunan dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” kata Prof Azyumardi, Kamis (27/7) di The Margo Hotel, Depok.
Di Indonesia, menurut Prof Azyumardi, MUI sangat kooperatif mendukung berbagai program pemerintah dalam pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Misalnya soal budidaya kodok, saat itu (1984), MUI mengeluarkan fatwa tentang keharaman kodok untuk dikonsumsi namun menghalalkan budidaya kodok untuk diambil manfaatnya.
“MUI pernah memfatwakan halal membudidayakan kodok, yang saat itu menjadi komoditi ekspor non migas,” ungkap Prof Azyumardi.
Munurutnya, hubungan antara pemerintah dengan MUI dan Islam-pun cukup baik, misalnya Bung Karno telah menggagas berdirinya IAIN dan diteruskan oleh presiden Soeharto. Berbeda dengan beberapa negara di Timur Tengah. Sayyid Quthb yang dihukum mati oleh pemerintah Mesir menjadi contoh kurang baiknya hubungan pemerintah dan ulama.
“Walaupun banyak anggapan pemerintah represif terhadap Islam, namun jasa Bung Karno dan Pak Harto dalam melahirkan IAIN tidak bisa dilupakan, dan penerima manfaat terbesar adalah MUI. Beda dengan Mesir yang pemerintahnya berani menggantung Sayyid Quthb,” tambah mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah ini.
Hadir juga dalam paparan ahli Islamic Conference on MUI Studies ini Wakil Ketua DSN-MUI Prof Jaih Mubarok dan mantan ketua Mahkamah Konstitusi Prof Jimly Asshiddiqie. (Ichwan/Din)