Sebagai penasihat pembuatan Film Buya Hamka, MUI akan mendorong Film ini agar bisa menjadi teladan bagi umat Islam di Indonesia maupun di dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
“Saya mengapresiasi Star Vision yang telah bersedia untuk memproduksi film ini, sungguhpun demikian, hal-hal mengenai fungsi kreatif dalam produksi film ini akan diserahkan pada Starvision,” kata Dalam sambutan penanda-tanganan nota kesepahaman antara PT Kharisma StarVision dan MUI, Ketum MUI Prof. Dr. Din Syamsuddin.
MUI berharap tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan nilai keagamaan yang kerapkali diprotes umat karena ada masalah di dalamnya. Namun menurutnya, riwayat hidup Buya Hamka tidak akan banyak sisi kontroversinya, kalaupun ada ada lebih bersifat politik.
Dirut StarVision Chan Parves Servia akan bertindak sebagai produser dalam film ini, Parves dikenal sebagai sutradara Muslim yang pernah menggarap Film Mengaku Rasul. Parves mengaku bangga dan bersyukur karena telah diberi kepercayaan untuk membuat film bergenre biopic ini.
Parves menyatakan pihaknya telah melakukan sejumlah langkah, termasuk riset tentang Buya Hamka, salah satu sumbernya adalah, dari novel Di Balik Naungan Ka’bah dan Tenggelamnya kapal van der Vich.
Dia berharap akhir tahun 2015, Film Buya Hamka sudah bisa ditonton oleh masyarakat di tanah air, sehingga film ini bisa menjadi hiburan sekaligus pencerahan dan tanpa ada kontroversi di belakangnya. Karena ini merupakan film persembahan dari MUI dan Starvision.
Film ini juga akan dikemas sedemikian rupa agar menarik minat anak-anak muda agar terdorong untuk menontonnya, karena karakter Buya Hamka bisa ditilik dari banyak perspektif. Dia dikenal sebagai ulama, wartawan, pujangga, budayawan dan bahkan, politisi.
Film ini juga akan memotret bagaimana masa remaja Buya Hamka sebagai sosok yang mandiri, sebagai kyai dan menterjemahkan cara Buya Hamka dalam menyampaikan dakwahnya secara santun.
MUI berharap, proses ini juga bisa menjadi sebagai faktor pendorong produser film nasional lainnya, untuk memunculkan genre yang mengekplorasi nilai-nilai relijius dan menjadikan seni untuk dakwah, bukan seni untuk seni semata atau bukan film untuk film semata.