JAKARTA — Presiden CECF (Civilizations Exchange and Cooperation Foundation), Prof Imam Mohammad Bashar Arafat menegaskan bahwa keberagaman merupakan keniscayaan yang dikehendaki Tuhan.
“Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk fokus membahas konsep isu keberagaman kini, dan bagaimana para tokoh agama dan cendekiawan di berbagai universitas Islam mempersiapkan dirinya untuk menangani isu ini,” jelas Presiden organisasi non-profit di Amerika Serikat yang menaungi aktivitas pertukaran peradaban, perdamaian, dan kerjasama antarwarga dunia itu.
Lebih lanjut, Imam Bashar Arafat menekankan agar para tokoh agama dan cendekiawan tidak hanya terkungkung untuk belajar di Indonesia, Asia Tenggara, ataupun Timur Tengah saja. Tetapi juga harus berinteraksi dengan beragam budaya di seluruh dunia.
Untuk melakukan itu, lanjutnya, tentu banyak yang harus dipersiapkan. Di antaranya dengan mengkaji isu keberagaman secara serius baik di pesantren, hingga universitas.
“Bentuk dari persiapan tersebut ialah seserius mungkin mentransfer (isu keberagaman) menjadi kurikulum, baik di pesantren, universitas Islam, dan universitas lainnya,” ujarnya.
Selain merancang kurikulum, kata dia, bentuk persiapan lainnya dalam menangani isu keberagaman dunia adalah memperkuat kemampuan berbahasa asing dan memahami sistem global.
Berbagai penjelasan tadi disampaikan secara virtual oleh Imam Bashar Arafat dalam Pertemuan Pleno Konferensi Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertema Agama, Perdamaian, dan Peradaban di Hotel Sultan Jakarta, Ahad (21/5/2023).
Turut hadir dalam acara pleno tersebut Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, Direktur Pusat Kristen Timur Tengah di Seminari Presbiterian Kairo, Dr Wageeh Mikhail, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia, Mayjen Wisnu Bawatenaya, dan tokoh penting lainnya.
Diketahui, Konferensi Internasional tersebut dihelat pada tanggal 21-23 Mei 2023. Konferensi ini dihadiri perwakilan tokoh-tokoh agama dari 25 negara dan narasumber dari dalam maupun luar negeri
Konferensi ini merupakan hasil kerja sama MUI dengan Liga Muslim Dunia. Kegiatan ini digelar sebagai bentuk kontribusi MUI untuk mengarusutamakan keberagamaan yang berkontribusi bagi perdamaian dan peradaban.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud berbagi tentang kehidupan bangsa indonesia yang tetap hidup berdampingan dengan damai meskipun terdiri dari keberagaman suku, ras, dan agama.
“Dalam forum ini kami akan berbagi pengalaman hidup bersama di antara orang-orang yang berbeda agama di Indonesia yang bersumber dari semboyan bangsa Indonesia ‘Bhineka Tunggal Ika’,” kata dia saat membuka secara resmi Konferensi di Jakarta, Ahad. (Shafira Amalia/ Dhea Oktaviana ed: Nashih)