Makassar, muisulsel.or.id – Salah satu anugerah Allah kepada tiap manusia, adalah bahwa manusia itu berperan memunculkan perilakunya, kadang secara nurani ada perilaku yang dirasakan tidak layak. Bila manusia itu menyadari hal ketidak layakan suatu perilaku maka muncul rasa malu melakukannya.
Malu juga muncul saat seseorang tidak memenuhi standar yang seharusnya dipenuhi. Perilaku malu ini dalam ukuran umum adalah baik dan positif.
Selama berabad abad lamanya sejak dunia dihuni manusia perilaku malu ini adalah salah satu nilai positif yang ada dalam perilaku manusia yang tidak perlu tuntunan khusus, karena ia selalu baik bila nampak malu, malu adalah pencapaian individu yang alurnya sejalan dengan nilai nilai ajaran ilahi.
Rasul saw bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ (رواه البخاري).
Sesungguhnya yang tersisa tetap berlangsung dari pesan pesan para nabi terdahulu adalah “Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu”.
Imam Junaid Rahimahullah Taala berkata “Malu itu muncul disaat disadari begitu banyak nikmat Allah yang telah dianugerahkan, lalu disadari pula betapa banyak kewajiban kepada Allah dan manusia terlalaikan, maka malu ini berwujud pada orang orang yang menyadarinya”.
Rasul saw berpapasan di jalan dengan seseorang menasehati orang lain tentang pentingnya rasa malu, maka nabi tidak campuri dan nabi tidak tambahkan nasehat, Beliau Saw hanya mendukung dengan prinsip bahwa:
((الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلا بِخَيْرٍ)). متفقٌ عَلَيْهِ
Rasa malu itu selalu bernuansa positif.
((دَعْهُ، فَإنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإيمَانِ)). متفقٌ عَلَيْهِ.
Nabi berkata biarkan saja mereka karena malu itu bagian dari perbuatan iman. Muttafaqun alaihi.
Bagi kalangan pemimpin dan para pemangku tanggung jawab, rasa malu ini layak nampak dalam bahasa tubuh dan kebijakan, pada setiap tanggung jawab itu ada saja yang belum terpenuhi, setiap kesuksesan melaksanakan amanat itu juga ada saja kekurangannya.
Malu dalam pelaksanaan tugas dan amanat adalah berwujud tidak mengklaim kesuksesan sendiri karena kemampuan diri sendiri, karena Allah Swt yang mensukseskan para pemangku tanggung jawab itu, dengan dibantu oleh para bawahan bawahan yang giat dan tekun.
Kesuksesan adalah kesuksesan bersama, maka bila mengaku sukses harus mengakui juga kesuksesan bersama orang orang yang membantu suks
es. Dalam hal pelaksanaan kebijakan kebijakan ke publik seorang pemegang amanah juga harus malu mengatakan suatu kebijakan yang populer adalah karena ketangkasan dan kecerdasannya, karena yang berperan dalam kebijakan adalah sistem yang melibatkan orang banyak, maka yang tangkas dan cerdas adalah para pendukung dan penolong penolong yang terlibat dalam arah kebijakan itu.
Rasa malu ini hendaknya menjadi etika dan akhlaq keseharian, tidak dibuat buat tetapi spontanitas dilakukan dengan penuh kesadaran dan penuh rasa kejujuran, misalnya bila seseorang salah dalam berucap atau dalam berbuat, maka ia harus malu dan segera merubah ucapan dan sikapnya ke arah lebih baik.
Seperti inilah bahasa tubuh ketika rasa malu itu muncul, Nabi saw juga terlihat wajahnya merona atau memerah atau memucat, di saat terdapat hal yang kurang layak, kurang baik dilihat, dirasakan atau diutarakan oleh orang orang yang berinterkasi dengannya :
كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم أشَدَّ حَيَاءً مِنَ العَذْرَاءِ في خِدْرِهَا، فَإذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ في وَجْهِه. متفقٌ عَلَيْهِ
Dahulu Nabi Muhammad saw itu lebih terlihat pemalu dari seorang gadis yang bersembunyi di dalam rumah pedati di atas punuk onta, beliau saw bila melihat hal yang tidak layak yang tidak disukainya maka kami shahabat tahu dari perubahan raut wajahnya.
Malu menurut kebanyakan ulama adalah akhlaqul karimah yang tuntunannya cukup dengan naluri masing masing yaitu:” Malu adalah menggiring pada hal meninggalkan yang buruk buruk, dan mencegah kelalaian pada suatu tanggung jawab”.
Mari kita Biarkan dan timbulkan rasa malu demi terciptanya umat yang baik dan demi terlaksananya cita cita yang jumawa. wallahu a’lam.
The post GORESAN PAGI: Malu Bertindak Tak Layak, Akhlak Para Rasul appeared first on MUI Sul Sel.