Parepare, muisulsel.com – Hendaknya saat ini para dai berdakwah secara digital. Itulah yang diungkapkan oleh Sekretaris Umum MUI Sulsel Ust Muammar Bakry saat menjadi pemateri pelatihan dakwah kontemporer yang digelar oleh MUI Parepare.
Menurut Ust Muammar sapaan akrabnya, kita harus menyepakati bahwa tidak mesti hanya yang berada di Fakultas Dakwah itulah yang berdakwah, namun kita yang secara umum ada di agama apapun spesialisasi kita maka harus bersepakat untuk menjalankan dakwah ini.
“Agama akan hancur bahkan bumi bisa cepat hancur apabila dakwah itu tidak berjalan, jika sudah tidak ada lagi yang menjalankan kegiatan dakwah maka tunggulah saat kehancuran itu seperti yang terjadi pada Bani Israel” tutur Sekum MUI pada pelatihan ini.
Pelatihan dakwah kontemporer ini di selenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Parepare yang dipusatkan di Hotel Bukit Kenari Jl. Jend Sudirman Kota Parepare pada hari Senin, 09/01/2023 sore, yang mengusung tema: Optimalisasi Peran Mubaligh dan Mubaligah di Era Disrupsi.
Saat ini kita kontekstualisasikan dakwah itu jangan sampai kita anggap selama ini sudah berdakwah, namun tidak sesuai dengan kebutuhan dan di sinilah adanya kontekstualisasi dakwah. Itulah sebabnya Nabi berdakwah secara kontekstual sehingga berbeda cara Nabi berdakwah ketika berada di Mekah dan ketika berada di Madinah, bahkan di Madinah pun Nabi berdakwah secara kontekstual itu melihat subjeknya dan contohnya jika orang yang didakwahinya itu adalah orang yang pelit maka Nabi pun mengatakan banyak-banyaklah memberi makanan pada orang lain.
Allah berfirman dalam Alquran Surat Ibrahim ayat 4 yang artinya: Dan tidaklah kami mengutus seorang rasul kecuali dengan lisan kaumnya. Nah, Mengapa harus dengan lisan kaumnya?, sebab agar mudah dimengerti dan tidaklah mungkin orang Arab yang tidak tahu berbahasa Bugis Kemudian datang ke tanah Bugis untuk berdakwah dengan menggunakan bahasa Arab sementara yang mendengarkan tidak paham. Sehingga patutlah untuk dipahami objek dari dakwah tersebut.
“Salah satu makna lisani kaumih di era sekarang ini adalah berdakwah secara digital, sebab beda jika kita berdakwah secara instan seperti yang kita lakukan saat ini dengan berdakwah secara digital. Jika secara instan hanya pada saat dakwah itu berlangsung kita dapat menikmatinya dan selesai dalam 15 hingga 20 menit, tp setelah itu tidak ada rekam jejaknya.
“Sementara dakwah secara digital itu akan tersimpan rekam jejaknya dan abadi sehingga walaupun sudah puluhan tahun dakwah itu terjadi, namun masih bisa dinikmati oleh masyarakat oleh karena adanya rekaman digital dari dakwah tersebut” tandas Dekan FHS UIN Alauddin ini.
Seorang ulama pernah berkata bahwa semua yang dilakukan oleh Nabi itu adalah kebaikan, tapi tidak semua kebaikan itu sempat dilakukan oleh Nabi. Contohnya muraja’ah Alquran melalui HP itu adalah salah satu kebaikan namun tidak pernah dilakukan oleh Nabi, sehingga masih banyak kebaikan-kebaikan yang belum sempat dilakukan oleh Nabi sendiri dan kita melakukannya maka itulah yang dinamakan kontekstualisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia saat ini.
Salah satu ulama besar yang kita kenal di Sulawesi Selatan ini seperti AGH Abduh Pabbaja ketika ia berdakwah maka selalu membawa tape recorder untuk merekam semua ceramah atau dakwahnya, jika sekiranya AG Pabbaja tidak merekam dakwahnya maka yang bisa menikmati dan mendengarkan hanya yang hadir pada saat itu. Tetapi karena dengan rekaman tersebut maka semua orang saat ini yang memiliki akses Radio Mesra (Mesjid Raya) yang menyimpan rekaman tersebut dapat menikmati dakwahnya dan inilah salah satu dari dakwah secara digital dan amalnya pun akan terus mengalir kepadanya karena orang-orang yang mendengarkan dakwahnya dan mengambil manfaat darinya.
Pelatihan dakwah ini diikuti oleh para peserta pelatihan dari berbagai ormas di antaranya, para pengurus MUI Parepare, para pengurus DDI, pengurus NU dan ormas lainnya.
Kontributor: Nur Abdal Patta
The post MUI Parepare Gelar Pelatihan, Sekum MUI Sulsel: Hendaknya Para Dai Berdakwah Secara Digital appeared first on MUI Sul Sel.