JAKARTA – Komisi Ukhuwah MUI akan mem-branding ukhuwah Indonesia menjadi go internasional.
Hal ini disampaikan Wakil Sekretaris Komisi Ukhuwah MUI sekaligus Ketua Panitia Rakornas, KH Muhammad Sirojudin, di sela-sela Rakornas dan Halaqah Bidang Ukhuwah di The Acacia Hotel, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (27/12/2022).
Dia bukti dari Komisi Ukhuwah untuk menjadi go international ditunjukkan dengan menampung semua ormas-ormas dan lembaga baik dari PBNU, Muhammadiyah, Persis, serta ormas lainnya yang memiliki izin dari pemerintah.
Sementara, total lembaga dan ormas yang tertampung di dalam MUI sendiri berjumlah hampir 60-an.
Dia menjelaskan, penerapan ukhuwah Indonesia tidak hanya ada satu melainkan ada tiga, yaitu ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Karena itu, menurut dia, Indonesia akan menjadi role model untuk internasional, terutama di negara-negara yang mempunyai konflik horizontal yang terus berkepanjangan bahkan menjadi konflik peperangan dan sebagainya.
“Sementara di Indonesia hal-hal seperti itu tidak pernah ada, artinya Ukhuwah Islamiyah di Indonesia sendiri sudah terbangun,” kata dia dalam keterangannya kepada MUIDigital, Rabu (28/12/2022).
Dia menyebutkan, sebagai parameter, kekuatan ormas di Indonesia sendiri menjadi salah satu kekuatan besar, dan dari situlah nantinya MUI melalui Komisi Ukhuwah akan membranding ukhuwah Indonesia untuk go public kepada dunia internasional.
Menurut dia, konflik-konlik horizontal yang telah terjadi di Afghanistan, Yaman, Irak, Palestina serta Suriah tidak pernah ada di Indonesia. Karena itu, Afghanistan pun sudah berkali-kali berkunjung ke Indonesia terkait dengan penyelesain konflik di sana.
“Nah, di sinilah MUI akan mencoba membranding melewati ukhuwah Islamiyah untuk menjadi role model di seluruh dunia,” ucapnya.
Menjelang Pemilu 2024 mendatang, Komisi Ukhuwah MUI Pusat juga terus berdiskusi agar iklim politik di Indonesia bisa lebih sejuk dan juga bisa mengayomi seluruh kepentingan ormas yang ada di Indonesia. Contoh nyata yang diberikan langsung yaitu beberapa bulan yang lalu mereka melaunching buku yang bernama “Kode Etik Ukhuwah Islamiyah”.
“Buku ini adalah hasil dari pembahasan di Komisi Ukhuwah di mana ada penjelasan mengenai banyak ormas serta poin-poin bagus yang harapannya akan membuat iklim politik di Indonesia menjadi kondusif,” kata Sirojudin.
Namun, tambah dia, harapan MUI tetap kembali kepada internalnya sendiri. Karena masih banyak ormas-ormas serta lembaga yang belum mendaftar kepada MUI.
“Di sinilah MUI akan mencoba merangkul sebagai pusat ormas serta lembaga yang akan memakan jalan yang cukup panjang,” jelasnya.
Sementara itu, saat membuka Rakornas, Ketua MUI Bidang Ukhuwah dan Dakwah, KH M Cholil Nafis, menyatakan konsolidasi organisasi memastikan bahwa ukuwah terbangun dengan baik sekaligus bekerjasama dalam menyetukan banyak perbedaan umat.
Upaya pertama yang dilakukan adalah menyamakan persipsi dan paradigma organisasi serta misi perjuagan. Yaitu keumatan, ke-Islaman, dan kebangsaan.
Upaya kedua adalah mengharmonisasikan gerakan untuk merealisasikan visi dan misi perjuangan.
“Yaitu satu komando dalam bingkai keulamaan dan keumatan demi mencapai negara yang aman dan sejahtera berdasarkan Pancasila,” ujar dia.
Dia menyatakan MUI bergerak pada hidmah keumatan dan pada tataran politik keadaban (al-siyasah al-samiyah).
Mengabdi pada kepentingan umat dan memastikan kebijakan yang ditetapkan dan undang yang diputuskan sesuai aspirasi umat dan memenuhi harapan masyarakat.
Forum Ukhuwah MUI, kata Kiai Cholil, akan terus mengkoordinasi ormas-ormas Islam di setiap provinsi agar aktif membangun kesatuan dan berkontribusi untuk kesejahteraan umat dan mengafirmasi kebijakan pemerintah. (Siti Nurmah Putri, ed: Nashih)