JAKARTA— Upaya memberdayakan perempuan mulai dari sektor usaha kecil akan turut berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi syariah.
“Faktanya di Indonesia 0,01 persen adalah pengusaha besar, sedangkan 98 persen lebih usaha kecil mikro,”kata anggota DSN-MUI, Prof Dr Euis Amalia, saat menjadi narasumber di acara Kongres Muslimah Indonesia oleh Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga MUI, dengan topik “Ekonomi Syari’ah sebagai Solusi Menghadapi Resesi Dunia”, di Hotel Sari Pasific, Jakarta (20/12/2022).
Dengan demikian, kata dia, 50 juta kebawah UMKM di Indonesia banyak dikelola oleh kelompok perempuan. Terlebih Islam punya ajaran bagaimana keadilan distributif itu bisa mengalir.
“Awal dari ekonomi syariah dalam memberdayakan kelompok perempuan itu bermula dari usaha mikro kecil perempuan itu sendiri,”paparnya.
“Dari usaha mikro kecil itu akan ada sertifikasi halal atau produsen halal harus ditumbuhkan,” lanjutnya.
Dia berkeyakinan walaupun dari usaha mikro kecil, jika dikelola dengan serius akan dapat meningkatkan ekonomi.
Upaya tersebut, menurut Prof Euis kini tengah dilakukan Komisi PRK MUI yang bekerjasama dengan KNEKS untuk pemberdayaan perempuan.
Menurut Prof Euis bahwa hal ini sejalan dengan ungkapan Ibnu Khaldun bahwa Kekayaan suatu negara bukan diukur dari sumber daya alam (SDA) yang dimiliki, melainkan dari sumber daya manusia (SDM) nya.
Selain itu ukuran orang hidup sejahtera, kata dia, bagaimana mendapatkan income yang baik, rumah yang baik, pendidikan yang baik, lingkungan yang baik, itu adalah ukuran standar objektif sejahtera. “Dan ternyata Indonesia belum masuk dalam kategori happiness index,” tuturnya.
Dia menyebut karena di Indonesia orang disebut bahagia kalau punya waktu jalan-jalan. Selain itu fakta juga masih menunjukkan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran dan ketimpangan di Indonesia juga masih tinggi.
“Distribusi pengeluaran masyarakat pun terjadi oleh kelompok atas, yang dimana masih ada gap pembangunan, dan piramida terbalik,”ujarnya.
Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga (KPRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr Siti Ma’rifah, menyebutkan KMI ke-3 menjadi wadah komunikasi dan informasi dalam mendukung eksistensi perempuan, remaja, anak, dan ketahanan keluarga.
“Dalam forum ini kami turut mengundang narasumber yang ahli dalam berbagai bidang baik politik, sosial, buaya, kesehatan, dan ekonomi Syariah khususnya pasca pandemi,” jelas Siti Ma’rifah yang juga merupakan Ketua Panitia Kongres, Senin (19/12/2022).
Tak hanya narasumber dari Indonesia, Siti Ma’rifah menuturkan turut hadir pula narasumber dari enam negara sahabat yakni Amerika Serikat, Finlandia, Maroko, Tunisia, Mesir, dan Malaysia yang akan meramaikan sesi diskusi panel.
“Kongres terdiri atas empat panel utama yang akan membahas ragam isu strategis mengenai peran dan kontribusi perempuan dalam bidang politik, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, serta sains teknologi,” katanya.
“Melalui kongres ini, akan dirumuskan apa saja peran dan kontribusi yang dapat membawa kemaslahatan, keadilan, kesejahteraan khususnya bagi perempuan dan keluarga, serta umumnya bagi umat, bangsa, dan negara,” sambungnya.
Kongres yang dilaksanakan pada tanggal 19-21 Desember 2022, di Hotel Sari Pacific, Jakarta tersebut, dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Prof Dr (HC) KH Ma’ruf Amin, Senin (19/12/2022).
Selain itu, sekitar 400 peserta hadir secara hybrid dari berbagai unsur, seperti tokoh perempuan dan Muslimah Indonesia, tokoh perempuan dari negara OKI, pimpinan ormas perempuan, pimpinan Komisi PRK MUI se-Indonesia, budayawan, pemuda, akademisi, dan media. (Ratna/ Isyatami Auliya, ed: Nashih)