JAKARTA— Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Al-Musawa, memberikan lima resep agar banyak followers bagi para pejuang dakwah di media sosial.
Pertama, kata Habib Nabiel, ikhlas karena Allah, bukan karena uang, jabatan, panjat sosial (pansos), dan lainnya. Pada mulanya, beliau sendiri pernah mengalami follower sedikit, bahkan tidak ada yang menyukai postingannya.
“Tapi waktu itu saya niatkan kepada Allah SWT, ya Allah, seandainya pun tidak ada satu orang yang mengikuti saya, dan tidak ada satu orang pun yang menyukai (postingan) saya, saya akan tetap posting untuk dakwah,” ujarnya dalam acara Halaqah Youtuber dan Influencer, di Graha Mental Spiritual, Jakarta Pusat, Rabu (31/08/22). Kegiatan ini merupakan rangkaian Kick Off Kongres Mujahid Digital MUI 2022.
Maka ketika sudah memperbaiki niatnya, kata Habib, seketika follower itu naik. Ketika niat berubah, yang menyukai postingannya menjadi sedikit.
Maka dari itu, tambah Habib Nabiel, ketika kita sungguh-sungguh berdakwah lillah, karena Allah, pasti Dia tidak akan mengecewakan hamba-Nya.
Kedua, ujar Habib, khidmah. Seperti perkataan ulama, “sayyidul qaum khadimuhum” (pemimpin umat justru adalah pelayan mereka).
“Hendaklah kita niatkan ini khidmah kepada Allah, kepada Rasul, dan kepada kaum muslimin, ” pesan Habib Nabiel.
Habib Nabiel menegaskan, jadi bukan kita yang dilayani, tapi kita lah yang melayani.
Ketiga, kata dia, tafarrugh alias totalitas. Jangan sampai kita punya banyak medsos, tapi semuanya dikelola oleh admin.
“Totalitas, jangan hanya mengandalkan admin, ” tegas Habib.
Keempat, lanjutnya, al-wasilah wal uslub. Maksudnya adalah mengerti dan mengoptimalkan aturan main platform media sosial. Seperti memahami algoritma, karakteristik platform medsos, editing foto/video, hingga copyright (hak cipta).
“Sekarang, orang kalau liat foto saja tidak tertarik, harus dengan video,” ujarnya memberikan contoh.
Selanjutnya, papar Habib, yang tak kalah penting adalah mengoptimalkan proses editing agar menghasilkan konten yang baik dan menarik.
Kelima, imbuhnya, jangan lupa mutaba’ah (evaluasi). Artinya jangan jadi orang (pembuat konten) yang biasa-biasa aja. Kita harus mengevaluasi apa yang kurang dari konten-konten kita sebelumnya.
Maka dengan kiat-kiat tersebut, kata dia, insyaallah dakwah kita menjadi berkah.
“Kita arahkan supaya umat ini bersatu di dalam kedamaian, kasih sayang, kelembutan. Insyaallah amar ma’ruf nahi munkar akan tersampaikan walaupun dengan kelembutan,” tandasnya.
(Ilham Fikri/Azhar)