JAKARTA— Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri kembali hadir di Indonesia dan berkesempatan menyampaikan nasihati-nasihat muliah.
Pada kesempatan kunjungan kali ini, Habib Ali Al-Jufri, memberikan pesan khusus untuk anggota TNI. Bahkan pesan itu dia garisbawahi agar diterjemahkan dengan detail dan tepat supaya pesannya sampai dan dapat dimengerti.
“Barang siapa yang mengira ada kontradiksi antara kesetiaan teradap agama dan kesetiaan terhadap Tanah Air, maka dia tidak paham agama dan tidak mengerti Tanah Air,” kata dia saat menjadi narasumber dalam Seminar Internasional dan Multaqa dalam rangka kerja sama Pendidikan Kader Ulama (PKU) Masjidi Istiqlal dan Komisi Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia, Rabu(24/8/2022).
Dalam semintar yang bertajuk “Peran Ulama dalam Meneguhkan Moderasi Beragama dan Revitalisasi Dimensi Peradaban Islam”, Habib Ali juga menyampaikan informasi yang dia terima bahwa TNI adalah garda utama dalam menjaga stabilitas dan keamanan Indonesia. “Ketika berbicara tentang militer, kita berbicara tentang institusi tidak terkait dengan rezim pemerintahan, yang bisa datang dan pergi. Dan saya ingatkan, apa yang terjadi di negeri kami masalahnya adalah menyeret-nyeret militer dalam konflik,” kata Habib Ali Jufri sembari mendoakan Indonesia tetap mendapatkan perlindungan Allah SWT.
Lebih lanjut, Habib Ali Jufri mengoreksi penyebab munculnya radikalisme. Menurut dia, radikalisme muncul bukan disebabkan faktor pemikiran aja, melainkan ada yang lebih mendasar dari itu yaitu ketidakseimbangan atau persoalan mental.
“Radikalisme adalah soal kesehatan mental yang muncul dari ketidakseimbangan lima unsur dalam diri manusia,” kata dia.
Kelima unsur tersebut yang menjadi rumusan insan kamil, manusia ideal dalam Islam yaitu ruh, hati, akal, nafsu, dan jasad.
“Jangan hanya berpaku pada salah satu unsur, mendisiplinkan lima unsur ini menuju Allah SWT,” kata dia.
Dia juga mengakui faktor eksternal seperti kepentingan politik, ekonomi, dan sosial yang terkadan itu di luar kendali dan kemampuan ulama. Dia pun mengajak ulama untuk tetap istiqamah berdakwah dengan tiga prinsip yang agung yaitu rendah ati, rahmat, dan cinta dengan siapapun.
“Saya antikekufuran saya antimaksiat, tetapi saya tidak pernah membenci orang-orang kafir dan orang maksiat,” kata dia.
Hadir dalam seminar ini sejumlah tokoh antara lain Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, Prof Alwi Shihab, Ketua OIAA TGB M Zainul Majdi, Pimpinan Universitas Qarawiyyin Fes Maroko yang juga Mursyid Zawiyah Syadziliyah Al-Fasiyah-Maroko, Maulana Fadhilatus Syaikh Prof Syarif Idris bin Muhammad Sa’id Al-Fihri Al-Fasi, dan sejumlah ulama dari pesantren dari berbagai wilayah di Indonesia.