JAKARTA— Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, PhD. menyampaikan bahwa Bank Indonesia mendukung penuh pariwisata halal. Namun, dia cenderung lebih setuju pariwisata ini disebut pariwisata ramah muslim. Alasannya, dengan menggunakan istilah Pariwisata Ramah Muslim, ini akan lebih terkesan bahwa tempat wisata tersebut tidak hanya dapat dinikmati muslim, tetapi juga non-muslim.
“Dalam konteks ini, saya cenderung lebih setuju pada diskusi sebelumnya bahwa lebih baik kita menggunakan istilah Pariwisata Ramah Muslim. Karena pertama, pariwisata ramah muslim dapat dinikmati oleh non-muslim sehingga jangkauan pasarnya lebih luas, kedua, ini akan menuntut adanya sarana dan prasarana yang memfasilitasi segala jenis kebutuhan muslim, dari aspek ibadah dan lainnya.” jelas Juda Agung, dikutip dari TVMUI (Rabu, 15/06/2022).
Lebih lanjut, pria kelahiran Pontianak tersebut menuturkan beberapa kiat sukses dalam pengembangan pariwisata ramah muslim. Diantaranya: Pertama, dukungan penuh pemerintah. Kedua, dicanangkan dalam program Nasional. Ketiga, Badan Khusus untuk koordinasi lintas otoritas.
Selain kiat sukses, Juda Agung juga merinci kelemahan negara Indonesia di bidang ekonomi syariah. Menurutnya, Indonesia masih kekurangan SDM yang memahami ekonomi syariah, produksi yang belum maksimal padahal permintaan pasar sangat besar dan kurangnya inovasi.
Untuk merespons tiga kelemahan ini, Bank Indonesia sebagai bentuk konkret dukunganpada pengembangan ekonomi syariah, mencanangkan tiga pilar strategi.
Pertama, pemberdayaan ekonomi syariah.
Kedua, pendalaman pasar keuangan syariah, terakhir penguatan riset dan edukasi.
“Insya Allah dengan kerja sama, sinergi dan upaya keras kita, jika kita lakukan dengan optimal, kita bisa mengembangkan Indonesia benar-tidaknya menjadi pusat halal dunia.” tutupnya.
(Ilham Fikri/Angga)