JAKARTA — Alquran adalah sumber ilmu pengetahuan, tuntunan kehidupan, dan petunjuk yang mencerahkan sebagai karya agung Tuhan yang menjadi rahmat dan washilah kepada seluruh umat manusia.
Renungan Qu’rani itu disampaikan oleh KH Said Agil Husain al-Munawar dalam kajian “Alquran sebagai Sumber Literasi” dalam rangkaian dari acara Halal Bi Halal dan Focus Group Discussion (FGP) Lembaga Pentasih Buku dan Konten Keislaman (LPBKI) Majelis Ulama Indonesia, Kamis (02/06/2022).
Dalam Acara yang berlangsung online, dia menyampaikan, Alquran adalah sumber segalanya. Hal itu bisa dilihat bagaimana Alquran dengan sendirinya memperkenalkan melalui ayat-ayat dengan beragam redaksi dan bahasa.
Seperti disebutkan dalam berbagai ayat, Alquran sebagai petunjuk bagi orang mukmin (hudan, al-Baqarah), sebagai dalil (Burhan, an-Nisaa), sebagai cahaya (nurun, al-Maidah), sebagai kitab yang sarat dengan nasehat dan pesan keagamaan (mau’idhah, Yunus), petunjuk yang lurus (al-Israa) serta adalah semua kebenaran dari Tuhan.
“Alquran dikenalkan kepada kita dengan berbagai ayat dan berbagai redaksi sehingga kita bisa kembali ke sana, dan bahwa benar Alquran sebagai rujukan dan sumber segala-galanya,” terang Kiai Said.
Lebih lanjut, mantan menteri Agama RI (2001-2004) itu juga menyampaikan, bahwa Alquran tidak merinci semua permasalahan yang dihadapi umat. Alquran, kata dia, hanya berupa isyarat-isyarat yang perlu pemahaman lebih lanjut bagi pembacanya. “Oleh demikian kita sepakati bahwa Alquran bukan ilmu pengetahuan melainkan adalah sumber ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Mengingat kandungan dan isi Alquran yang begitu luas (al-Kahfi ayat 109), maka untuk memahami isyarat yang terkandung di dalamnya dibutuhkan seperangkat ilmu pengetahuan (Ulumul al-Quran) dengan berenaka macam cabangnya yang perlu untuk dikuasai, termasuk literasi tentang Alquran.
Jika dirujuk dalam kitab-kitab Ulumul al-Quran Imam az-Zarkasyi, kata Kiai Said, menyebut Ulumul al-Quran yang terdiri dari 57 cabang ilmu pengetahuan hingga pendapat Imam Sayuthi dalam al-Itqan fi ulumi al-Quran yang mencapai mencapai 90 cabang hanya dalam kurun waktu 100 tahun.
“Maka sebenarnya Tuhan memberikan otoritas perincian kandungan dari pada Alquran kepada Nabi Saw. melalui firman-Nya surah an-Nahl ayat 44,” jelas Kiai Said.
Di akhir, Kiai Said mengungkapkan rasa senangnya terhadap kegiatan yang diselenggarakan oleh LPBKI-MUI. “Acara ini memang suatu pencerahan dan ajang diskusi untuk membuat naskah dengan Alquran sebagai sumber literasinya,” kata Kiai Said.
(A Fahrur Rozi/Fakhruddin)