JAKARTA—Atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ketua Umum PBNU KH Yahya C Staquf, menyampaikan bela sungkawa wafatnya tokoh bangsa, Prof Ahmad Syafii Maarif, ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005.
“Atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan seluruh keluarga besar Nahdlatul Ulama, saya menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga Buya, kepada keluarga besar Nahdlatul Ulama, kepada keluarga besar Muhammadiyah, kepada segenap bangsa,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima MUIdigital, Sabtu (28/5/2022).
Gus Yahya menyampaikan duka yang mendalam atas kepulangan Buya Syafii Maarif. Dia mengenang Buya Syafii Maarif sebagai seorang guru, pengasuh ruhani, pembimbing, orang tua yang dicintai, yang dikasihi. “Kehilangan besar bagi kita semua dengan kepergian Buya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Gus Yahya pun menyampaikan bahwa saat ini menjadi tanggung jawab generasi saat ini untuk melanjutkan kerja-kerja besar yang telah dilakukan oleh Buya Syafii Maarif.
“Sekarang, menjadi tanggung jawab kita semua untuk melanjutkan visi, dan idealisme Buya,” paparnya.
Buya Syafii Maarif meninggal pada Jumat 27 Mei 2022 pukul 10.15 di Yogyakarta dalam usia 86 tahun dikarenakan sakit sesak nafas.
“Semoga barakah dari perjuangan yang digeluti Buya seumur hidup, terus langgeng, memberkahi kita semua di dalam pergulatan kita memperjuangkan kemuliaan bagi peradaban kita bersama,” harap Gus Yahya.
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mengalami ketegangan baik dipicu oleh perbedaan dukungan politis dan praktik amaliyah keagamaan. Namun, sejak periode awal kepemimpinan Buya Syafii Maarif sebagai ketua umum Muhammadiyah tahun 1998, dan kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid PBNU ketegangan itu menjadi ruang diskusi dan dialog untuk menjaga kokohnya paham kebangsaan di Indonesia. (A Fakhur Rozi, ed: Nashih)