BOGOR—Perang Rusia Ukraina menjadi perbincangan di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa kalangan beranggapan bahwa konflik-konflik yang terjadi saat ini sengaja dikondisikan untuk kebesaran agama Islam.
Hal tersebut dibantah dengan tegas oleh Dewan Pengarah Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI, Prof Noor Ahmad saat memberikan sambutan pada acara webinar konflik Ukraina dengan tema “Glorifikasi Akhir Zaman oleh kelompok Ekstremisme”, yang BPET MUI secara daring, Jumat (8/4/2022).
“Kalau ada yang mengatakan konflik-konflik yang terjadi saat ini sengaja disetting untuk kebesaran Islam, itu tidak benar. Bahwa kebesaran Islam adalah karena kehalusan, strategi, dan akhlak Rasulullah yang diturunkan kepada kita semua,” ujar Prof Noor dalam sambutannya.
Dia mengakui permusuhan antarmanusia sebenarnya sudah dipastikan ada. Oleh karena itu, agama Islam hadir dalam rangka untuk meredam hal tersebut.
Pernyataan tersebut dipertegas Prof Noor dengan mengutip salah satu ayat Alquran yakni pada surat Ash Shaff ayat 9. Dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman :
هُوَ الَّذِىۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَهٗ بِالۡهُدٰى وَدِيۡنِ الۡحَـقِّ لِيُظۡهِرَهٗ عَلَى الدِّيۡنِ كُلِّهٖ وَلَوۡ كَرِهَ الۡمُشۡرِكُوۡنَ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya.”
Selaras dengan hal tersebut, beliau juga menjelaskan bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah SWT dengan ‘huda'(Petunjuk). Ada proses pencerdasan manusia untuk memeluk agama, dari proses ini kita bisa memahami bahwa Islam itu akan besar, Islam akan menang bukan karena perang, melainkan melalui proses-proses intelektual, proses-proses dimana manusia mudah mendapatkan hidayah.
Menanggapi konflik Ukraina yang sedang terjadi saat ini, Prof Noor beranggapan bahwa peperangan ini harus kita lihat sebagai suatu proses yang biasa. Tetapi, Islam sebagai agama yang damai, agama yang wasathiyah sekaligus agama yang rahmatan lil alamin, harus bisa memberikan solusi. Tidak hanya konflik yang ada di dalam Islam, tetapi konflik yang ada di mana pun juga. (Dhea Oktaviana, ed: Nashih).