Belakangan ini bermunculan berbagai kasus yang cukup menyita perhatian, mulai dari perkelahian, konflik antarsuku, bahkan pembunuhan. Hal ini disebabkan oleh seseorang yang tak mampu menjaga lisannya dari mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati saudaranya.
Sudah barang tentu di zaman ini, ketajaman lisan dapat terwujud dalam aktivitas di media sosial melalui berbagai macam status yang disebarluaskan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, dalam QS An Nisaa [4] ayat 114 :
لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar.”
Tentunya sebagai seorang Muslim yang baik sudah sepatutnya memberikan contoh dengan senantiasa bertutur kata yang baik kepada saudaranya, baik yang se-agama, se-Tanah Air, ataupun saudara se-bangsa dan se-negara.
Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai macam keadaan, seperti dalam berdakwah, tentunya seorang dai perlu menyampaikan ajaran Islam dengan tutur kata yang baik dan dengan penyampaian yang santun, sehingga para jamaah yang hadir tidak merasa tersinggung sama sekali dengan dakwah yang disampaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, dalam QS An Nahl [16] ayat 125 :
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِا لْحِكْمَةِ وَا لْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَا دِلْهُمْ بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِا لْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Pada saat ini, dakwah tidak dapat diterima dengan mudah oleh para jamaah ketika apa yang disampaikan oleh para dai hanyalah ujaran-ujaran kebencian yang menjadikan umat terpecah belah, mempersulit umat, tanpa memberikan solusi yang tepat untuk menghadapi masalah yang berkembang di zaman sekarang.
Selain itu, sebagai mahluk sosial tentunya banyak selali perkataan yang kita anggap biasa untuk bahan candaan, tanpa kita ketahui dapat memberikan luka di hati saudara kita. Bagaimana mungkin kata-kata yang kita anggap biasa saja dapat menyakiti hati saudara kita?
Tentunya perkataan yang diniatkan untuk bahan candaan dapat melukai hati saudara kita apabila disampaikan tanpa memperhatikan kondisi yang sedang dialami saudara kita, mungkin pada saat itu saudara kita sedang bersedih.
Sehingga dalam riwayat Muslim disebutkan akibat dari seseorang yang berbicara tanpa berfikir terlebih dahulu yaitu sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara Timur dan Barat.” (HR Muslim no 2988).
Oleh karena itu Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya menekankan kepada umatnya untuk senantiasa berkata baik, jika tidak bisa mengucapkan perkataan yang baik, hendaknya memilih diam.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas, kita sebagai seorang Muslim dianjurkan untuk berkata-kata yang bermanfaat lagi baik kepada siapapun, jika kita tidak sanggup melakukan hal tersebut alangkah baiknya kita diam. Sungguh, diam akan menjadi lebih baik dibandingkan kita berkata-kata, tetapi malah menyakiti hati saudara kita. (Abi Rachman/ Nashih)