■ Oleh: Prof Dr Ir Mir Alam Beddu MSi, Pengurus Komisi Kajian dan Pengwmbangan MUI Sulsel, Guru Besar Ekologi Pertanian UIM, Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU Sulsel
OPINI, muisulsel.com — Hidup dan kehidupan adalah perjuangan menata diri, menata masyarakat, membangun peradaban. Diri dan pribadi yang berkualitas, beriman dan bertaqwa akan membangun masyarakat yang berkualitas, damai dan sejahterah, karena masyarakat yang beriman dan bertaqwa akan mengundang hadirnya rahmat dan kasih sayang dalam wujud keberkahan langit dan bumi:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.(QS: (7):96
Perjuangan yang paling utama adalah menata hawa nafsu untuk meniti dan menata peta jalan kehidupan yang sudah ditetapkan oleh Allah yaitu keimanan, ketaqwaan sebagai proses dan tangga menuju pada penyerahan diri (al muslimun)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, tingkatkan ketaqwaan sampai ketaqwaan yang sebenar-besarnya, dan janganlah, pindah kealam barzah sebelum mampu berserah diri (QS: (3) 103
Bagaimana menata dan meniti peta jalan kehidupan, kunci utamanya adalah selalu mengoreksi dan memantapkan keimanan, sebagai dasar dalam melakukan amalan baik sebagai implikasi ke taqwaan, tidak terlepas dari dua tugas utama manusia dihadirkan di permukaan bumi : sebagai abdillah (untuk menyembah hanya kepadanya, sebagai khalifatullah mengelolah dan memakmurkan bumi.
(Inni jaa ilun fil ardhi khalifah), menata kehidupan sebagai hamba dan khalifah yang benar dan berkualitas, membutuhkan ilmu pengetahuan dan hikmah (pemahaman yang mendalam) terhadap ilmu baik ilmu tentang ibadah ritual, ilmu tentang bermuamalah (ilmu manajemen), hasil dari eksplorasi pikiran (rasio) dan rasa mengkaji ayat qauliyah dan qauniyah (fakta dan peristiwa), membangun kecerdasan berpikir (otak), kecerdasan berzikir (hati) sebagai modal kecerdasan bersikap dan bertindak menata dan meniti peta jalan kehidupan atas dasar keimanan dan ketaqwaan.
Disinilah dibutuhkan penataan pendidikan yang tepat dan benar sesuai dengan rambu-rambu dan petunjuk Allah dalam al quran yang dicontohkan oleh Rasulullah yang dibukukan dalam hadist, kedua referensi ini harus dihadirkan membungkus referensi ilmu pengetahuan yang berkembang (sekuler) sebagai referensi baru utk meningkatkan kualitas diri, kehidupan masyarakat, membangun peradaban mulia.
Kepatuhan dalam ibadah ritual harus hadir dan bermakna terhadap aktifitas kehidupan dalam bermuamalah. Manajer atau pemimpin yang hebat tidak cukup dinilai dari keberhasilan mengantar suatu organisasi mencapai tujuan dan target kuantitatif (kasat mata), akan tetapi harus menembus tujuan hakiki menggenggam ridha, rahmat dan kasih sayang Allah, bukan hanya ukuran keberhasilan dan kesuksesan dunia, (yauma wulidu) tetapi menjadi jalan dan tiket untuk merebut keselamatan dan kesuksesan kehidupan alam berikutnya (yauma yamuutu) wa yauma yub’atsu hayyaa. Manajer atau pemimpin sukses dapat merebut keselamatan dunia akhirat dengan keadilan dan kejujuran nya.
Menata dan meniti peta jalan kehidupan meraih keselamatan dunia dan akhirat, membutuhkan perjuangan tiada henti, istiqamah memantapkan keimanan dan meningkatkan ketaqwaan sebagai indikator kemuliaan tangga dan tiket keselamatan kehidupan di stasiun kehidupan berikutnya: Mantapkan keimanan dan keyakinan dengan adanya kehidupan akhirat, mantapkan keyakinan bahwa al Quran adalah firman Allah yang haq sebagai rujukan utama dalam mengkomfirmasi keimanan dan keilmuan kita, mantapkan keyakinan akan adanya yang ghaib.
Inilah perjuangan abadi, tiada henti merebut predikat pahlawan sejati, hakiki yaitu penyerahan diri hanya kepadanya (al muslimun) yang akan dijemput oleh Allah dengan undangan khusus dan istimewah.■
*) Disarikan dari materi khutbah Jumat di Masjid Nurul Ilmi AMKOP