JAKARTA— Ketua MUI Bidang Seni dan Budaya Islam, KH Jeje Zainudin, memberikan tantangan kepada pemuda di momen Sumpah Pemuda untuk menunjukkan karya emasnya.
Hal itu disampaikan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021.
Menurut dia, romantisme (ingatan indah) masa lalu tentang perjuangan sumpah pemuda memang selalu indah untuk diingat dan diceritakan. Kisah perjuangan para pahlawan sebelum kemerdekaan juga selalu menarik untuk berulang kali diceritakan.
Namun, kata dia, itu tidak cukup dan kerap menjebak. “Romantisme masa lalu memang indah karena kita hanya mengulang-ulang kejadian masa lampau. Tetapi yang berat adalah bagaimana kita melanjutkan dengan karya emas baru,” ujarnya, Kamis (28/10) sambutan dalam diskusi Pemuda Ideal Menurut Buya Hamka, Kamis (28/10) malam.
Pemuda, ujar dia, harus bisa bergerak sendiri dan membuktikan karya emasnya sendiri. Seperti sebuah ungkapan terkenal, kata dia, yaitu bahwa “Seorang pemuda itu bukanlah yang mengatakan bahwa itu adalah bapakku, namun itulah aku.” Seorang pemuda harus membuktikan bahwa itu karyanya sendiri sesuai tantangan zamannya masing-masing.
Apa yang disampaikan Kiai Jeje itu sejalan dengan Alquran ayat 141. Di dalamnya, Kiai Jeje menerangkan, generasi terdahulu telah memperoleh seluruh balasan dan prestasi dari apa yang mereka kerjakan.
Sedangkan untuk generasi saat ini, lanjut dia, Alquran memberikan pertanyaan tentang apa yang akan dan sedang dikerjakan.
“Maka ini semacam tangan dari Alquran kepada kita semuanya. Bagaimana kita tidak hanya sanggup mengatakan itulah generasi emas kami terdahulu, tetapi bagaimana mengatakan inilah karya emas kami,” ujarnya.
“Jadi kita mengubah ungkapan dari sekadar itulah pahlawan kami, merekalah pejuang-pejuang kami, menjadi inilah kami bagian dari pejuang itu. Inilah kami bagian dari pioner sejarah itu,” imbuhnya.
Dia menerangkan, peringatan Sumpah Pemuda harus dimaknai dengan menyerap semangat perjuangan generasi masa lalu. Dari keberhasilan mereka menghasilkan kesepakatan di Sumpah Pemuda, maka bisa ditransformasikan ke dalam konteks kekinian.
“Pada zaman dahulu, generasi Hamka dan sebelumnya telah mampu mentransformasikan perjuangan sesuai konteks zaman yang dihadapi. Mereka mengorbankan fisik dan harta benda. Tugas kita bagaimana menyerap spirit juang mereka ke dalam kehidupan kita,” ujarnya.
Sumpah Pemuda merupakan momen sakral karena diinisiasi kalangan pemuda untuk menyepakati konsep negara kesatuan republik Indonesia. Mereka hadir bersama menyepekati cita-cita kebangsaan dan keumatan yang tentu saja sejalan dengan nilai-nilai keislaman.
“Itulah umat yang telah berlalu. Maka generasi hamka dan teman-teman seperjuangannya telah berlalu. Generasi terdahulu telah memporelah seluruh balasan dan prestasi dari apa yang mereka kerjakan. Sedangkan bagi kalian, apa yang kalian kerjakan?” ungkapnya. (Azhar/Nashih)