JAKARTA — Pandemi telah memporak-porandakan arus ekonomi global khususnya. Di satu sisi Kalimantan Timur yang akan dirancang menjadi ibu kota baru, sedang deras dimasuki investasi.
Pandemi yang sudah berlangsung satu setengah tahun ini memperburuk kondisi kemiskinan di Indonesia yang meningkat sebanyak 2,76 juta orang. Penggangguran kembali bertambah, serta UMKM juga banyak yang terdampak.
“Di tengah Pandemi covid ada beberapa sektor yang mengalami dampak yang cukup panjang dan ada juga beberapa sektor yang akan tumbuh secara pesat. Salah satunya adalah sektor pertanian. karena bahan pokok adalah kebutuhan yang primer. Selanjutnya adalah sektor kesehatan dan yang terakhir adalah sektor perekonomian digital,” kata Sekretaris Lembaga Wakaf MUI, Guntur Subagja Mahardika pada webinar Literasi Pandemi dan Pemulihan Ekonomi se-Kalimantan Timur yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bekerja sama Komisi Infokom MUI, Kamis (7/10).
Menurutnya, hal tersebut akan mendorong perekonomian nasional. Salah satunya produksi gabah yang melimpah dan produk kopi yang kaya akan vrietas. Jika berbicara industri pertanian, secara tidak langsung banyak fokus bahasan yang membantu aspek lainnya seperti riset teknologi,produksi,distribusi dan lainnya.
“Sektor pertanian juga bisa mendorong kemandirian industri halal. Seperti kita ketahui Indonesia merupakan penduduk mayoritas Muslim terbesar. Tapi Indonesia nyatanya, merupakan negara importir terbesar untuk produk halal khususnya halal food. Sedangkan untuk eskportir produk halal terbesar ada di negara Brazil, kedua Amerika Serikat,Rusia,kemudian Argentina,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, seharusnya Indonesia membangun ekosistem besar industri halal, terutama halal food berbasis digital yang melibatkan UMKM. Selain itu juga dengan mengembangkan sistem ekonomi kreatif. Indonesia sendiri berada di urutan ketiga di dunia untuk kategori industri kreatifnya.
“Ada satu potensi wakaf yang perlu di kembangkan oleh MUI dan masyarakat Muslim yaitu potensi wakaf yang produktif yang di kelola dengan baik. Baik wakaf uang atau wakaf produktif. Hal ini yang sedang di kembangkan oleh kami dari MUI yang di harapkan mendorong perekonomian nasional,” katanya.
Tren yang perlu di respon segera akan hal ini di antaranya adalah konsumen tren. Sebuah kondisi dimana saat ini konsumen tidak datang ke toko secara langsung. Semuanya berlangsung dengan sistem virtual ekonomi,transaksinya cashless, dan testimoninya menggunakan media digital.
“Untuk membangun sistem ini kita bisa mulai dari desa. Desa ini adalah salah satu sumber kekuatan ekonomi nasional serta tempat penghasilan yang besar. Program yang di gagas berbasis digital ini bisa menjadi marketplace yang menghadirkan produk-produk dari umkm atau desa-desa.Sehingga ini menjadi optimisme yang baru untuk perkembangan ekonomi nasional bahkan global,” tutupnya.(Nina Nurjanah/Din)