JAKARTA — Di tengah berangsur pulihnya berbagai sektor kehidupan, penanganan dampak dari pandemi terus dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat. Namun ternyata ada hal yang lebih berbahaya dari pandemi dan perlu penanganan lebih serius, yaitu menyebarnya infodemik.
Menanggapi permasalahan tersebut, Dr Gun Gun Heryanto MSi selaku pakar Komunikasi Politik di UIN Jakarta menyatakan bahwa pentingnya menghadapi persebaran infodemik terlebih di era digital. Hal tersebut disampaikannya pada webinar Literasi Pandemi dan Pemulihan Ekonomi se-Kalimantan Timur yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bekerja sama Komisi Infokom MUI, Kamis (7/10).
“Pembahasan mengenai pentingnya menangani infodemik dalam konteks sosial politik, setidaknya memiliki empat poin penting yang perlu diperhatikan,” papar Dr Gun Gun.
Pertama, ruang kebebasan berekspresi. Di era berlimpahan informasi yang dilindungi dan diakui oleh konstitusi juga hak asasi manusia, menjadikan sebagian orang kebablasan dalam berkomunikasi.
Kedua, pandemi Covid 19. Sebagaimana keputusan yang ditetapkan oleh WHO bahwa Covid 19 menjadi pandemi Global. Hal tersebut memicu ketidaknyamanan terjadi di berbagai sektor kehidupn tak hanya pada segi kesehatan saja.
Ketiga, penetrasi internet. Selama pandemi berlangsung total pengguna internet semakin meroket.
Keempat, penetrasi media sosial. Berdasarkan data dari We are Social tahun 2021, terdapat 202,6 juta penggunaan internet di Indonesia. Jika angka tersebut di-break down berarti ada sekitar 170 penduduk Indonesia atau 61,8 % diantaranya pengguna aktif sosial media.
“Merujuk pada hasil riset We are Social, perlunya mewaspadai infodemik terlebih di platform sosmed. Karena bukan hanya misinformasi bahkan disinformasi berseliweran bebas dan mudah ditemui,” jelas Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini.
“Bahkan salah satu forum diskusi menyebutkan ‘matinya kepakaran’, hal ini terjadi karena tergantikannya pakar ahli dalam satu bidang oleh internet user dengan followers banyak namun tidak memiliki kapasitas keilmuan di dalamnya” tambahnya.
Dosen UIN Jakarta tersebut menyampaikan terdapat peluang besar dengan tingginya penggunaan internet. Terdapat saluran baru yang paling potensial untuk menyebarkan informasi positif misalnya, dakwah, vaksinasi dan lain sebagainya. Justru dengan menggunakan platform media sosial tersebut jangkauannya sangat luas, masif dan efektif.
Dr Gun Gun yang juga wakil ketua Komisi Infokom MUI ini menambahkan bahwa infodemik merupakan banjir informasi termasuk informasi palsu atau menyesatkan di lingkungan digital dan fisik selama wabah penyakit. Akibatnya hal tersebut berimplikasi merusak respon kesehatan masyarakat.
Sebagai contoh yang diambil yaitu mengenai vaksinasi. Banyak informasi tentang vaksin yang justru mengarah ke infodemik yang akhirnya menyebar dan orang-orang mulai berspekulasi tentang vaksin.
Tentu saja penyebaran informasi yang salah di atas disebut dengan hoax. Karena hoax bukan informasi yang menipu perorangan namun yang mampu menipu sekelompok besar orang. Penyebaran hoax tersebut dilakukan secara masif dan sistematis untuk menjangkau masyarakat luas.
“Ada tiga hal ukuran yang penting menghadapi infodemik yaitu dengan knowledge, skill dan sikap sehingga akan membentuk literasi. Infodemik tidak bisa dilawan sendirian, ia harus dilawan bersama-sama dengan basis nalar, basis skill dan basis sikap,” tuturnya. (Isyatami Aulia/Din)