JAKARTA- Tingkat kemiskinan ekstrim yang terjadi di Indonesia merupakan dampak multiplier effect dari pandemi Covid 19. Terlebih biasnya informasi yang terjadi di tengah masyarakat semakin menyulitkan penanganan atas dampak yang dirasakan masyarakat.
Melonjaknya kasus Covid 19 yang terjadi di Indonesia imbas dari adanya kerumunan-kerumunan besar. Hal ini bisa dilihat pada awal tahun ketika Natal dan Tahun Baru 2021 dan perayaan Idul Fitri 2021.
Ketua MUI Bidang Infokom, KH Masduki Baidlowi menyampaikan, perlu ijtihad jama’i untuk menyelesaikan dampak pandemi yang secara luas berkaitan dengan keselamatkan jiwa.
“Indonesia termasuk tiga terbesar negara yang memiliki kesenjangan ekonomi setelah Uni Soviet dan Thailand. Adapun dampak yang akan dirasakan oleh bangsa ini akan jauh lebih besar dari pada kedua negara tersebut,” ucap Kyai Masduki pada webinar “Literasi Pandemi dan Pemulihan Ekonomi”, Selasa (5/10).
Webinar yang bertemakan literasi pandemi dan masalah pemulihan ekonomi nasional itu merupakan kerjasama antara Kementerian Kominfo dan Majelis Ulama Indonesia.
Ketua MUI Bidang Infokom ini melanjutkan, Indonesia merasakan dampak lebih besar dengan adanya kesenjangan ekonomi. Sebab, kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen, baik itu secara suku, agama maupun budaya.
Menurut Kiai Baidowi, solusi yang bisa diambil untuk mengatasi dampak pandemi yaitu dengan ekonomi syariah. Ia mencontohkan, Aceh menjadi salah satu daerah yang sudah membuktikan berjalanannya roda perekonomian syariah
Lebih lanjut Kiai Baidowi menjelaskan bahwa kebangkitan ekonomi di Aceh merupakan uswah bagi umat Islam secara nasional.
Ditambahkan Kiai Baidowi, saat Aceh belum maksimal dalam menerapkan ekonomi syariah, hal ini menjadi evaluasi bersama bagi umat muslim khususnya.
“Aceh memainkan peran penting ekonomi syariah di Indonesia termasuk di dalamnya peran pemulihan ekonomi sebagai dampak dari pandemi,” ujarnya.
Karenanya Kiai Masduki menegaskan, diperlukan upaya bersama membangkitkan perekonomian berbasis digital.
Ditekankan Stafsus Wapres ini, penggunaan media digital yang tinggi saat pandemi, memaksa semua kalangan berpartisipasi di dalamnya. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan yang diselenggaralan pada ruang publik beralih dari rumah dengan media digital melalui akses internet.
Lebih jauh, Kiai Baidowi mengatakan, melalui ekonomi digital, masyarakat tidak perlu menyediakan lahan strategis untuk usahanya. Argumentasinya, pemasaran via digital bisa dilakukan dimanapun dan menjangkau akses yang lebih luas.
“Pemerintah dan MUI perlu melakukan program selanjutnya mengenai ekonomi digital yaitu dengan mengadakan pelatihan. Karena ekonomi berbasis digital tanpa pelatihan mengurangi pemanfaatannya untuk mengatasi perekonomian nasional,” jelas Kyai Masduki
Di akhir webina, Ketua MUI Bidang infokom mengingatkan bahwa MUI harus menjadi subjek dalam perubahan serta melatih umat agar bangkit secara ekonomi digital. (Isyatami Aulia/Angga)