JAKARTA – Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat (KPEU) MUI Pusat, KH Ir Nuruzzaman menyampaikan bahwa koperasi “demi umat” harus mengutamakan pergerakan menuju hasil yang akan dicapai.
Pernyataan itu disampaikan saat menjadi penceramah dalam acara Kajian Rutin Rabu Pagi Majelis Ilmu Baitul Izzah. Dikatakan Nuruzzaman, pergerakan yang dilakukan KPEU MUI menjadi titik awal bahwa umat Islam sedang bangkit.
“Jika hanya sekadar menyuarakan koperasi “demi umat” tanpa pergerakan yang konkrit, maka akan berimbas pada ketidakpercayaannya masyarakat pada konsepsi koperasi “demi umat” yang tengah dibangun,” jelas Ketua KPEU MUI.
KH Nuruzzaman juga menegaskan, perlu adanya kolaborasi antara anggota koperasi dengan pengurus. Harapannya agar terjalin suatu ikatan usaha yang sehat. Sebab, tanpa kolaborasi, maka konsepsi yang telah matang sekalipun akan terjadi kolaps.
Ditambahkan Kiai Nuruzzaman, perlunya ikatan usaha tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya bahwa seringkali terjadi pada koperasi hanya putaran moneter saja tanpa adanya ikatan usaha.
“Ada yang pakai koperasi untuk pinjam modal saja, setelah itu ikut pendampingan lalu produknya dijual. Ada juga yang menggunakan koperasi untuk menjual produknya tanpa ikatan usaha. Di lapangan sering sekali terjadi hal semacam ini,” lanjutnya
Koperasi “demi umat” diharapkan bisa membentuk penguatan ekonomi. Adapun cara yang bisa dilakukan yaitu anggota koperasi bisa melalukan endorse produk, sehingga terbentuklah putaran pasar.
Nuruzzaman mengingatkan, perlu diperhatikan saat anggota akan melakukan endorse produk yang akan dijual, harus memenuhi standardisasi kehalalan dan proses produksi yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, produk tersebut dapat beredar di tengah masyarakat dengan kualitas produk dan kehalalan yang terjamin.
Pada kesempatan tersebut Ketua KPEU MUI ini juga menegaskan, harus ada kekuatan berjamaah dalam pergerakan koperasi “demi umat”. Silaturahim yang dijalin akan memberikan ikatan komunikasi yang kuat sehingga akan memperkokoh perekonomian.
Kata Nuruzzaman, komunikasi rutin antara Majelis Syuro dengan anggota koperasi yang berperan untuk melakukan perlindungan advokasi dan menyambung aspirasi anggota harus terus dilakukan.
“Karenanya ikhtiar yang kita lakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan surat An Nisa, dimana parameter kepemimpinan yang berhasil adalah menyelamatkan rakyat terlemah. Dalam konteks ini perempuan yang tidak terback up yaitu perempuan yatim,” tutup Sekjen DPP Ittihadiyah ini pada kajian tersebut. (Isyatami Aulia/Angga)