JAKARTA- Taliban menguasai Afganistan membuat terkejut banyak pihak. Lalu, bagaimana Taliban bisa menguasai kembali Afganistan setelah 20 tahun digempur Amerika Serikat, buntut dari peristiwa 11 September 2001?. Mantan Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015 KH As’ad Said Ali mengungkapkannya dalam dialog bersama ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Chalil Nafis, yang disiarkan TVMUI.
Mantan Wakil Kepala BIN tersebut mengungkapkan bahwa peristiwa tersebut merupakan akumulasi dari peristiwa-peristiwa kecil sebelumnya. Dia mengungkapkan, sejak tahun 1996, kaum Mujahidin yang kala itu berkuasa sejak tahun 1992 (setelah berhasil mengusir Uni Soviet) belum mampu menangani pemerintahan sampai di tingkat bawah.
‘’Yang berkuasa di bawah (saat itu, adalah) preman-preman kelas berat, penguasa lokal yang tiran, Sehingga terjadi dekadensi moral, terjadi pemerkosaan, (bahkan) lelaki juga menjadi korban. (kriminalitas, seperti) penjambretan, penodongan (juga terjadi) di tengah jalan,’’ ujar KH Sa’ad dikutip dari MUITV, Selasa (24/8).
Dia menceritakan, tahun 1996 Taliban membunuh penguasa (Najibullah). Namun, peristiwa tersebut bukan dianggap sebagai kriminalitas malah mendapatkan dukungan dan dijadikan gerakan nasional, sehingga Taliban berkuasa.
Permasalahan tersebut semakin kompleks, lanjutnya, setelah negara-negara lain ikut campur membantu gerakan tersebut, seperti Pakistan dan Arab Saudi. Kedua negara ini membantu, karena pemerintahan demokratis sebelumnya lebih dekat kepada Iran dan India, yang notabene dua negara yang berseteru dengan Arab Saudi dan Pakistan. Menurutnya, kedua negara ini sampai saat ini masih terlibat dalam dukungan terhadap Afganistan. “Ya sampai saat ini, ini fakta ya. Banyak orang tidak mengerti ya, yang nyuruh (Taliban) ya siapa,” ujarnya.
Saat ini menurutnya, di dalam Taliban ada tiga kelompok, pertama Akhundzada sebagai pemimpin Taliban sejak tahun 2016, kemudian ada kelompok Mullah Omar (Mullah Ghani Baradar), dan kelompok garis keras yang cukup ditakuti yaitu Haqqani (Khalil Haqqani). Akhundzada menurutnya, telah diakui Amerika Serikat dan negara koalisinya sejak tahun 2013, makanya dia membuat kantor di Doha Qatar.
Dalam penyerbuan Taliban menguasai Afganistan kali ini, menurutnya dilakukan kelompok Akhyundzada, dua kelompok lain seperti kelompok Mullah Omar dan Haqqani tidak dilibatkan. “Memang masalah Afganistan ini complicated, seperti sebelum-sebelumnya,” katanya.
Saat ini menurutnya kondisi Afganistan karut marut, dia mendapat informasi bahwa Amerika Serikat telah membekukan dana untuk Afganistan. Ekonomi sebelumnya sudah kacau, ditambah peristiwa terbaru ini semakin kacau. “Ya kita lihat bagaimana tiga bulan ke depan nanti,” katanya.
Menurutnya, kemenangan Taliban di Afganistan merupakan hasil perundingan dengan Amerika Serikat. Beberapa bulan sebelumnya Joe Biden telah memberikan sinyal untuk angkat kaki dari Afganistan, dan mempersilakan untuk menyelesaikan masalah Afganistan sendiri.
“Teman-teman NU di Afganistan menyampaikan, kesalahannya ini kenapa (Ashfraf Gani) lari. Mustinya menyerah, dengan menyerahkan bagaimana status tentara, pegawai negeri, ini diselesaikan dulu. Kalau lari ini menyebabkan chaos seperti ini,” katanya.
Dia berharap dalam waktu dekat segera Taliban segera membentuk pemerintahan lebih stabil, untuk mengembalikan kondisi Afganistan yang semakin terpuruk saat ini. (Saddam Alghiffari/Syukri Rahmatullah)