JAKARTA–Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar, menyinggung masalah kemandirian finansial saat menutup Musyawarah Kerja Nasional I MUI secara virtual. Dikatakannya, kemandirian finansial ini dibutuhkan sehingga MUI bisa dipandang independen dalam memberikan taujihad, taushiyah maupun dalam memberikan arahan.
“Sehingga kita bisa mandiri dalam taujihad, tausiyah, dalam memberikan arahan baik diminta atau tidak, tanpa harus merasa segan karena yakin ini sebagai kewajiban,” ungkap Kiai Miftach, Kamis (26/08).
Kiai Miftach menyampaikan, pengalaman Indonesia dijajah selama tiga setengah abad itu tidak lain karena masalah kemandirian finansial. Apa yang dilakukan VOC di Indonesia kemudian dilanjutkan kerajaan Belanda adalah penjajahan ekonomi. Kuatnya hegemoni ekonomi Belanda itu membuat bangsa Indonesia kesulitan dan sukar bergerak.
“InsyaAllah MUI periode ini dan berikutnya bisa mandiri. Kita tahu memang Indonesia dijajah tidak kurang dari 350 tahun yang tiada lain motifnya adalah hegemoni ekonomi. Tentu saja dilakukan oleh kelompok asing. Sejarah bagaimana Belanda dan kelompok lain menguasai Indonesia karena tujuannya sebuah hegemoni ekonomi,” ujarnya.
Ketika kekuasaan itu sudah dikuasai, Kiai Miftach melanjutkan, kekuasaan politik, tradisi, ideologi juga akan dikuasai pula. Kekuasaan atau hegemoni ekonomi menjadi pintu masuk untuk hegemoni yang lain. Karena itu, bila MUI dan umat ingin bergerak lebih luwes lagi, maka mau tidak mau harus berusaha mengejar ketertinggalan ekonomi.
Kiai Miftach menyampaikan, dirinya sudah beberapa kali membicarakan masalah kemandirian finansial MUI ini dengan cara halal. Dengan begitu, maka MUI bisa menjadi semakin terhomat. Salah satu caranya adalah dengan menjalankan apa yang telah disepakati di dalam Mukernas dua hari ini.
“Maka perlu jihad untuk menjalankan keputusan yang telah kita garap selama dua hari ini. Seorang mukmin manakala mengerjakan sesuatu, dia akan mengerjakan dengan tuntas, lalu bagaimana mengimplementasikannya di dalam masyarakat,” ujarnya.
“Keputusan yang telah kita hasilkan dengan penuh semangat, bisa kita jaga dan implementasikan. Kita jaga ini di tengah masyarakat, kita carikan jalan solusi untuk kemaslahatan umat. Kita jadikan MUI ini sebagai tenda besar atau rumah besar untuk semua anggota dari berbagai kelompok,” imbuhnya. (Azhar/Din