JAKARTA— Ujaran kebencian menjadi fenomena yang mudah dijumpai di media sosial saat ini. Pendidikan karakter menjadi penting menghadapi dampak negatif dari media sosial itu.
Demikian KH Muhammad Nur Hayid, MM. ungkapkan saat menjadi narasumber pada Webinar Seri 4 Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) MUI dan Baznas, Ahad (22/8/2021).
Pada kajian Muharram 1443 Hijriyah yang bertema Akhlak Bangsa, Gus Hayid, begitu akrab disapa, mengatakan pendidikan karakter akan berjalan efektif jika melibatkan tiga institusi, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
“Pendidikan karakter tidak akan berjalan dengan baik jika mengabaikan salah satu institusi tersebut, terutama keluarga,” ujar anggota PDPAB MUI dan Pengasuh Pesantren Skill Jakarta dan Lumajang ini.
Menurut Gus Hayid, pendidikan akhlak tidak terlepas dari pendidikan agama. Keduanya harus dilaksanakan dalam praktik hidup, pengalaman sehari-hari perlakuan dan percontohan di samping pengertian tentang agama dan moral.
Selain KH Nur Hayid, pada acara yang disiarkan Baznas TV ini, hadir juga narasumber lainnya, yakni HM Fuad Nasar, S.Sos., M.Sc., Dr KH Muhammad Zen, MA dan Prof Dr KH Noor Achmad, MA. sebagai Keynote Speaker.
Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Fuad Nasar, menekankan pentingnya penanggulangan dekadensi moral dan kemerosotan akhlak.
Caranya dengan meningkatkan mutu akhlak pribadi dan akhlak sosial, termasuk akhlak penyelenggara negara. Dengan demikian menjadikan bangsa Indonesia yang tumbuh, tangguh dan terhormat dalam pergaulan internasional.
“Umat Islam dan seluruh komponen bangsa harus bahu-membahu untuk menanggulangi dekadensi moral, kemerosotan akhlak,” ujarnya.
Dia menambahkan, membangun kemuliaan akhlak merupakan tema sentral risalah Nabi Muhammad SAW, setelah menanamkan keyakinan Tauhid.
Etika Bisnis
Sementara itu, Dr KH Muhammad Zen, berbicara tentang kaitan antara akhlak bangsa dengan etika bisnis pada webinar dibuka Ketua PDPAB MUI Dr KH Masyhuril Khamis, SH., MM itu.
Dia menukilkan kisah Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai pebisnis dan negarawan. Dosen IEF Pascasarjana Trisakti ini mengungkapkan, selama ini Nabi Muhammad diketahui seorang pedagang atau manajer perusahaan dagang ketika masih muda.
“Nabi juga ternyata bertindak sebagai pemimpin negara yang membangun perekonomian untuk mencapai kemakmuran,” ujar Muhammad Zen.
Nabi mencontohkan perilaku bisnis yang jujur dan amanah, dan berterus terang. Rasulullah juga mempermudah ketika transaksi, yakni saat membeli, menjual, dan membayar.
Adapun di masa pemerintahan, Nabi Muhammad SAW melakukan reformasi di segala bidang, termasuk reformasi ekonomi yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.
Beberapa upaya Nabi adalah menciptakan dan memelihara stabilitas harga. Stabilitas harga diciptakan dan dipelihara dengan cara memperlancar arus barang.
Webinar ini dipandu Emmy Kharisma Dewi, S.IKom., MM. dan Pemantik KH Nurul Badruttamam, MA., Sekretaris PDPAB MUI. (Nurul Badruttamam/Nashih)