JAKARTA – Hari ini, Selasa (17/8), bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun ke-76 Republik Indonesia (RI).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan menjelaskan bagaimana memaknai rasa syukur atas anugerah kemerdekaan yang telah berhasil diperjuangkan para pahlawan bangsa 76 tahun silam.
Ia menjelaskan, syukur bermakna sangat dalam. Secara bahasa makna ini dirujuk dari lafaz syukr, terdiri atas syin, kaf, dan ra’. Maknanya antara lain membuka, menampakkan, menyingkap, dan menunjukan.
Ia mengutip Ahmad Ibn Faris dalam karyanya Maqayis Al-Lughah yang mengemukakan dua makna. Pertama, pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh seseorang. Kedua, syukur bermakna penuh atau lebat.
“Dua makna tersebut korelatif dengan sikap manusia yang ridha dan puas atas nikmat Allah SWT, baik banyak maupun sedikit,” ujar Buya Amirsyah kepada MUIdigital, Selasa, (17/8).
Buya Amirsyah mengatakan, rakyat Indonesia wajib bersyukur atas nikmat kemerdekaan saat ini. Meskipun, masih di tengah terpaan pandemi Covid-19 yang telah memasuki tahun kedua.
Dia memberikan pesan bahwa dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bukan hanya dibutuhkan semangat dan optimisme.
“Melainkan juga mampu memahami dan memberikan solusi terhadap permasalahan pokok yang tengah dihadapi bangsa,” jelasnya.
Buya Amirsyah membeberkan dua permasalahan pokok yang menjadi tantangan bangsa Indonesia.
Pertama, kemandirian bangsa tengah menghadapi ujian yang cukup berat, terutama dalam memperhankan kemandirian ekonomi dari pengaruh kapitalisme dan liberalisme, yang hingga saat ini, dampaknya dirasakan masyarakat menengah ke bawah.
Kedua, pentingnya keteladanan di tengah langkanya keteladanan, miskin tuntunan di saat maraknya korupsi. Pentingnya keteladanan berkata jujur, di saat banyaknya berita fitnah, hoax, dan adu domba (namimah).
Oleh sebab itu, Buya Amirsyah mengajak segenap kompenan bangsa untuk memaknai kemerdekaan dengan rasa syukur.
“Semoga Allah menambah nikmat kemerdekaan ke-76 RI. Semoga Allah menyelamatkan bangsa Indonesia dari marabahaya,” tutupnya dengan penuh harap. (Sadam Al-Ghifari/Angga).