JAKARTA- Hari ini Umat Islam tengah merayakan Tahun Baru Islam 1443. Tentu saja, setiap tahun baru Islam memiliki makna tersendiri utamanya di era digital, utamanya dari sisi keluarga. Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga Prof Dr Hj Amany Lubis menilai tahun baru kali ini harus dimaknai sebagai waktu yang tepat di dalam interospeksi.
“(Tahun baru Islam) harus kita rayakan, kita renungkan tentu dengan berdoa, dengan mengintrospeksi diri, mengintrospeksi perbuatan dan perkataan kita selama setahun yang lalu,” kata Prof Amany saat diwawancara MUIDigital belum lama ini.
Kemudian, kata Prof Amany, harus bersyukur kepada Allah SWT dan mengukuhkan niat lagi untuk melanjutkan perjuangan membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera serta menjadi anggota masyarakat yang berguna bermanfaat dan tidak menjadi beban untuk siapapun.
Prof Amany melanjutkan, tahun baru Islam ditandai dengan hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah bersama para sahabat- sahabatnya merupakan turning point atau titik tolak perkembangan peradaban Islam. Maka, ketika mengenang jasa para sahabat dan tabi’in sebenarnya umat muslim mengukuhkan kembali komitmen dalam membangun peradaban Islam seraya melaksanakan ajaran Islam yang sebenarnya dan menjalankan nya dengan baik, dimulai dari keluarga.
“Dalam keluarga kita merayakan tahun baru hijriyah dengan meyakini bahwa tahun baru adalah tahun karunia karunia Allah tidak berhenti di tahun yang lalu tetapi akan lanjut di tahun yang baru jadi Al’am Al Jadid itu apa artinya? pemberian karunia. Nah kalau kita mengganggap bahwa tahun baru adalah Allah SWT akan memberikan karunia baru, akan memberikan rezeki tambahan,akan memperbaiki kehidupan kita, akan ada harapan-harapan baru. Maka, kita akan juga mempersiapkan tahun baru ini juga dengan semangat baru dan dengan melakukan upaya-upaya transformasi beradaptasi dengan situasi yang ada khusus di masa pandemi ini, maka kita meyakini bahwa tahun baru ini akan bermanfaat bagi kita semua,” ujarnya.
Jadi intinya makna tahun baru Islam bagi keluarga adalah akan ada karunia baru. “Jadi kalau kita merasakan di tahun lalu banyak cobaan, banyak kendala, dan banyak tantangan, maka di tahun ini Insya Allah akan menjadikan hal-hal yang lebih indah lebih baik untuk kehidupan kita. Maka kita harus optimis,” katanya.
Anggota keluarga juga, lanjutnya, harus mempersiapkan hari ini sebagai hari baru, tahun baru dengan berdoa agar Allah SWT memperkuat iman dalam menjauhkan diri dari perbuatan buruk, dari bersekutu dengan syaitan. Kemudian selalu mendekatkan diri dengan allah agar karunia Allah berlimpah dan rahmatnya turun kepada umat manusia kepada keluarga.
Menurut Prof.Amany Lubis keluarga di Indonesia secara umum merupakan keluarga yang tangguh. Keluarga yang tangguh bukan berarti yang kaya tetapi yang punya ikatan kekerabatan keluarga yang kuat saling membantu,saling membina itu merupakan ciri khas keluarga Indonesia.
“Alhamdulilah budaya timur, budaya Indonesia dengan kararter bangsa Indonesia sudah menjalankan prinsip-prinsip keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah dan juga memiliki ketahanan keluarga jadi tingkat ketahanan keluarga di Indonesia termasuk baik dibandingkan dengan keluarga-keluarga di Negara lain,” ujarnya.
Keluarga di Indonesia masih menghormati orang yang lebih tua, katanya, kemudian prinsip-prinsip ajaran Islam dari berbakti kepada orang tua, menjalankan perintah Allah meninggalkan larangan nya, serta selalu mendirikan salat, saling berdoa, Amar Ma’ruf nahi munkar, saling mengasihi, saling menasehati, memiliki adab dalam berbicara.
“Nah, keluarga dengan ciri seperti ini Insya Allah menjadi keluarga yang tangguh,” sambungnya.
Majelis Ulama Indonesia, lanjut Prof Amany, juga telah melakukan berbagai hal untuk memperkuat keluarga di Indonesia dengan melakukan berbagai edukasi melalui Webinar, FGD, serta diskusi-diskusi yang bermanfaat.
Edukasi seminar bekerjasama dengan beberapa perusahaan dengan memberikan peluang kepada UMKM untuk memperkuat ekonomi keluarga.