JAKARTA — Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan mengimbau agar masyarakat bisa memperluas jangkauan pendistribusian hasil qurban bagi masyarakat yang terpapar Covid-19.
Buya Amirsyah menjelaskan, masyarakat perlu diberi Daging Qurban agar bisa terus membantu meringankan penderitaan masyarakat di masa pandemi Covid-19.
Kata Buya Amirsyah, di masa pandemi Covid-19, masyarakat harus senang menolong orang lain yang menderita.
“Sehingga kita bisa bersama-sama bebas dari Covid 19 untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Semua kekuatan bangsa harus menggunakan momentum ini agar Indonesia segera bebas dari pandemi Covid 19,” kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (19/7).
Lebih lanjut Buya Amrisyah menjelaskan, ada beberapa poin yang harus dilakukan bangsa Indonesia agar Indonesia tidak terpuruk.
Pertama, adalah dengan memperkuat kohesivitas sosial dengan penuh kebersamaan dalam menanggulangi Covid-19, baik dari segi spritual ataupun sosial.
Kedua, yaitu menjadikan Idul Adha 1442 H sebagai momentum untuk memperluas cakupan penyebaran Qurban tanpa batas bagi masyarakat yang terpapar Covid 19.
Ketiga, menghindarkan masyarakat dari berita fitnah, adu-domba (namimah), maupun hoax.
Masyarakat kata Buya Amirsyah harus senantiasa mengedepankan penyebaran informasi yang lebih menyejukkan, baik dalam bentuk pencerahan maupun mencerdaskan.
Keempat, Buya Amirsyah mengimbau aparat penegak hukum agar dapat memberikan sanksi yang tegas dan adil bagi pelaku yang membuat berita hoax maupun fitnah terkait penyebaran informasi yang meresahkan masyarakat, sehingga dapat menimbulkan efek jera.
“Efek jera ini bukan hanya harus dirasakan pelaku, tetapi juga oleh masyarakat itu sendiri, agar ada rasa takut untuk membuat dan menyebarkan berita hoax,” jelas Ulama Muhammadiyah ini.
Amirsyah melanjutkan jika kelima upaya itu dilakukan maka Indonesia bisa mengerahkan semua kekuatan, baik itu di bidang ekonomi, budaya, maupun sosial-politik kebangsaan.
Tujuannya supaya bisa memperkuat kedaulatan bangsa dalam memutus mata rantai Covid-19.
“Saya mengimbau dengan ikhtiar qurban tanpa batas yang diharapkan dapat menjadi momentum dalam mengurangi beban penderitaan umat dan bangsa dalam menghadapi pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Buya Amirsyah menuturkan jika penyembelihan qurban merupakan ibadah dua dimensi.
Di satu sisi qurban adalah ibadah dengan dimensi vertikal, yaitu upaya mendekatkan diri kepada Allah (taqarruban illa Allah) dengan berdasar pada iman dan takwa.
Di sisi lain qurban juga bisa menjadi ibadah yang dikatakan horizontal, yaitu dengan meningkatkan kepedulian kepada sesama untuk saling membantu melalui penyebaran daging kurban.
“Karena itu qurban berdimensi sosial bermakna tanpa batas kerjasama MUI dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk meningkatkan kohesivitas sosial kepada seluruh umat manusia tanpa membedakan agama, suku, etnis,” tuturnya.
Lebih jauh, Buya Amirsyah juga membahas hak memperoleh daging qurban karena faktor kemiskinan, kondisi sosial, dan juga PPKM darurat pada masa pandemi Covid-19, tentu menimbulkan kemiskinan baru.
Karena itu, berqurban tanpa batas perlu memadukan kekuatan spritual dengan kekuatan sosial agar pengorbanan umat Islam lebih optimal dalam memberikan kontribusi menghadapi masa pandemi.
“Secara syar’i berqurban tanpa batas dapat dilakukan bagi umat Islam seluruh Nusantara bahkan dunia yang memiliki kemampuan, meskipun hukumnya sunnah muakkad untuk berqurban,” jelasnya.
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Hajj ayat 34:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ
Artinya: Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),
Buya Amirsyah menjelaskan, ayat tersebut meniscayakan agar umat Islam terus melakukan penguatan spritual di tengah peningkatan kasus baru Covid 19.
Nasihat Buya Amirsyah, keimanan bukan saja melahirkan sikap optimisme, melainkan juga melahirkan harapan yang kuat agar pandemi Covid 19 segera berakhir.
“Kemampuan manusia secara rasional sangat terbatas, maka perlu diimbangi kekuatan spiritual,” tuturnya. (Muhamad Saepudin/Angga)