KOTA PEKANBARU— Majelis Ulama Indonesia Riau menyatakan seni dan budaya Islam kini mulai terkikis di Riau, sementara di Bumi Lancang Kuning itu merupakan barometer seni dan budaya Islam.
“Seni dan budaya Islam yang terkikis itu, seperti seni hadrah, Gurindam 12, kaligrafi dan lainnya sehingga perlu upaya berkesinambungan dan bersinergi untuk menghidupkan kembali seni dan budaya Islam di Provinsi Riau itu,” kata Ketua Komisi Seni dan Budaya MUI Riau, Mahyudin, di Pekanbaru, Jumat (9/8).
Menurut dia, seni hadrah merupakan salah satu kesenian tradisi kalangan umat Islam dan kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari kitab al-Barzanji.
Dia menjelaskan, kitab al-Barzanji adalah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat nabi dan keteladanan akhlaknya. Begitu juga dengan Gurindam 12 yang di dalamnya banyak terkandung pesan-pesan moral bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
“Namun naifnya, di kalangan generasi muda, seni dan budaya Islam itu justru sudah tidak dirasakan lagi gaungnya. Padahal pencinta seni, hidupnya akan lebih indah dan pengikut agama yang baik akan hidup lebih terarah,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, budaya ini perlu terus dikabarkan dan digali lagi, baik melalui seminar dan simposium yang digelar Komisi Seni dan Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau, ataupun bisa melalui agenda lomba kesenian yang diikuti antargenerasi.
Sebagai masyarakat Riau yang beragama Islam, kata dia, sepatutnya mengetahui apa saja tradisi dan budaya Islam tersebut agar dapat menahan derasnya dampak negatif budaya dari luar yang berkembang pesat.
“Pengetahuan budaya dan tradisi ini tentu sangat diperlukan supaya kelak bisa diketahui generasi penerus bangsa dan menceritakan pada anak cucu betapa pentingnya menjaga dan melestarikan sejarah tradisi dan budaya Islam tersebut,” katanya.
Sementara itu macam-macam peninggalan sejarah tradisi dan budaya Islam yang masih bisa dilihat dan teruskan hingga kini adalah seni ukir atau kaligrafi.
Selain bentuknya yang yang indah, seni ukir dan kaligrafi mempunyai nilai tersendiri di tempat ibadah atau rumah seorang Muslim.
Dia menilai kaligrafi atau seni ukir dari suatu ayat tidak hanya memukau, tetapi juga mempunyai makna yang dalam dan bisa mengingatkan akan kebesaran-kebesaran Allah SWT.
“Seni ukir atau kaligrafi ini juga sering dijumpai pada tembok-tembok, atap, mihrab atau di mimbar-mimbar masjid. Ini semua bagian dari hasil akulturasi budaya Islam,” katanya. (Antara/ Nashih)