JAKARTA — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH. Ma’ruf Amin memberikan sambutan dalam kegiatan Anugerah Syiar Ramadhan (ASR) 2019. Dalam kegiatan ini, Kiai Ma’ruf menyampaikan bahwa Anugerah Syiar Ramadhan merupakan bagian dari tugas MUI.
“Alhamdulillah penyelenggaraan ASR setiap tahun mengalami kemajuan dan Anugerah Syiar Ramadhan ini bagian dari tugas MUI,” ungkap Kiai Ma’ruf di Gedung Wisma Mandiri, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Senin (15/07) petang.
Dalam sambutannya itu, Kiai Ma’ruf mengungkapkan tugas MUI ada dua. Selain menjadi penjaga dan pelayan umat atau disebut juga khadimul ummah, tugas MUI yang lain adalah shadiqul hukumah atau mitra pemerintah.
“Jadi tugas atau railnya begitu,” paparnya.
Kiai Ma’ruf menceritakan, Anugerah Syiar Ramadhan sebetulnya sudah ada pada pertengahan tahun 2000-an. Pada tahun itu, MUI sendirian mengadakan kegiatan itu. Seiring tahun berganti, pada tahun 2015, untuk pertama kalinya MUI bersama KPI menyelenggarakan Anugerah Syiar Ramadhan.
Dua tahun berikutnya, MUI dan KPI bermitra dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga menyelenggarakan acara ini. Keterlibatan Kemenpora dalam kegiatan ini menambah jumlah kategori di dalam Anugerah Syiar Ramadhan di bidang pengembangan kepemudaan. Tahun 2019 ini, kata Kiai Ma’ruf, Mitra Anugerah Syiar Ramadhan bertambah satu yaitu Bank Mandiri Syariah. Kehadiran Bank Mandiri ini juga menambah kategori Anugerah Syiar Ramadhan.
“Dua tahun kemudian, Kemenpora bergabung memberikan tambahan penghargaan untuk beberapa kategori bidang kepemudaan. Tahun ini alhamdulillah BSM turut berpartisipasi dengan menambah penghargaan di bidang syariah lifestyle, literasi keuangan syariah, gaya hidup halal, maupun spirit hijrah ke arah yang lebih baik,” katanya.
Kiai Ma’ruf berharap, program seperti ini terus dievaluasi dan dimotivasi agar menghasilkan hal yang semakin positif. Dia berharap, spirit kegiatan ini tidak hanya berhenti pada Bulan Ramadhan saja. Menurutnya, fungsi bulan Ramadhan adalah untuk perbaikan sepanjang tahun.
“Tentu produk televisi yang positif kita harapkan tidak hanya muncul di bulan Ramadhan, tapi juga sejak Ramadhan berubah menjadi tidak terkendali, bulan ramadhan taubat, habis ramadhan kumat lagi, kita tidak berharap demikian,” katanya.
“Ramadhan dijadikan momentum untuk evaluasi, perbaikan, dan tempat berlatih untuk memproduksi program yang positif sebagaimana fungsi ramadhan untuk perbaikan akhlak di sepanjang tahun,” paparnya. (Azhar/Din)