Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) menggelar rapat pleno Ke-40 di Gedung MUI Pusat, Menteng, Jakarta, Rabu (26/06). Rapat Pleno ini sekaligus menjadi ajang pertemuan pertama setelah Idul Fitri karena itu tema yang diangkat adalah Merajut Persatuan Bangsa.
“Kita sengaja mengangkat tema penting yaitu merajut persatuan bangsa tentunya di dalam ukhuwah islamiah dan wathaniyah,” kata Ketua Wantim MUI Prof. Din Syamsuddin dalam kegiatan tersebut.
Prof. Din menerangkan, tema ini diambil juga karena dia merasa umat Islam hari ini khususnya pasca pilpres tengah mengalami keterbelahan. Perbedaan pilihan politik antara satu pihak dengan pihak lain justru melahirkan jurang yang dalam.
Dia mengatakan, keterbelahan umat menjadi dua kubu itu bukan hanya terjadi pada umat Islam secara umum. Keterbelahan itu juga masuk ke dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan Islam yang pada dasarnya memiliki kedekatan lebih dengan masyarakat.
“Harus kita akui bahwa bangsa ini, umat ini, mengalami keterbelahan, mengalami keterpecahan yang saya kira cukup dalam terkait dengan agenda demokrasi, pemilu, dan khususnya pilpres,” katanya.
“Beberapa organisasi masyarakat Islam mengalami keterbelahan hanya gara-gara berbeda pilihan politik,” imbuhnya.
Keterbelahan seperti ini, kata Prof. Din, yang menurutnya harus diselesaikan bersama-sama. Ia menilai perpecahan-perpecahan di tubuh umat rentan membawa kelemahan.
“Inilah yang saya kira harus kita atasi secara bersama-sama. Karena jelas perpecahan akan membawa kelemahan,” ungkapnya.
Selain Prof. Din, Rapat Pleno Ke-40 ini dihadiri Prof. Nasaruddin Umar selaku Wakil Ketua Umum Wantim MUI dan Prof. Noor Achmad sebagai Sekretaris Wantim MUI. Hadir juga beberapa pimpinan Ormas Islam tingkat pusat seperti Ketua Pimpinan Pusat Hidayatullah Tasrif Amin, Pimpinan Tarbiyah Perti Mukhtar Latif, Sekjen Dewan Masjid Indonesia Imam Addaruquthni, dan lain-lain. (Azhar/Anam)