Jakarta – Sejak Indonesia pertama kali berdiri pasca kemerdekaan, diskusi pertentangan antara Islam dan kebangsaan sudah selesai. Para pendiri bangsa telah mengkompromikan dua hal itu sejak awal kemerdekaan. Demikian disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin di Jakarta, Rabu (28/11).
“Para ulama kita di Indonesia sudah dapat menyelesaikan, mengkompromikan antara Islam dan kebangsaan. Sehingga Islam dan kebangsaan tidak ada lagi pertentangan, tidak ada lagi konfrontatif,” katanya.
Pertentangan Islam dan kebangsaan yang muncul belakangan ini, paparnya, merupakan mispersepsi atau pandangan yang tidak tepat. Islam dan kebangsaan itu saling terkait dan tidak perlu dipertentangkan.
“Apabila masih ada yang persoalkan bisa mispersepi keislamannya, sehingga tidak bisa memahami kebangsaan. Atau mispersepi tentang kebanggasaanya sehingga tidak bisa memahami tentang kedua hubungan keduanya,” ungkapnya.
Seperti pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, pada kesempatan itu, Kiai Ma’ruf menambahkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maupun Pancasila merupakan titik temu pendiri bangsa yang berasal dari latar belakang berbeda, sehingga menjadi kesepakatan bersama. NKRI dan Pancasila adalah wadah pertemuan Islam dan nasionalis, oleh karenanya keduanya harus benar-benar dijaga.
Saat ini, imbuhnya, kesepakatan luhur itu menghadapi tantangan bernama pemahaman keagamaan yang radikal. Kelompok keagamaan seperti ini tidak mengenal kata sepakat karena munculnya bukan dari negara majemuk seperti Indonesia. (Azhar/Anam)