JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia Sumatera Barat melalui ketua umumnya Buya Gusrizal Gazahar belum lama ini mengeluarkan pendapat menolak konsep Islam Nusantara. Pro-kontra mengemuka pascapendapat tersebut disampaikannya. Termasuk munculnya beberapa plamfet bersuara senada.
Merespon hal itu, Sekretaris Jenderal MUI, Buya Anwar Abbas, menilai perbedaan pendapat baik yang menerima maupun yang menolak konsep Islam Nusantara tidak perlu sampai menimbulkan keributan.
Menurutnya, Islam Nusantara adalah konsep atau produk pikiran. Sehingga selalu melahirkan pihak yang setuju dan yang tidak setuju. Perbedaan itu menurutnya hanya sekadar perbedaan yang biasa terjadi.
“Tidak ada yang perlu dipersoalkan. Enggak ada masalah,” ungkap Buya Anwar di Jakarta, Rabu (22/8)
Sebagai bentuk perbedaan pendapat, Buya Anwar tidak akan mendorong MUI Sumatera Barat untuk menerima konsep Islam Nusantara. Sama halnya dengan dia tidak akan mendorong orang-orang untuk menolak Islam Nusantara. Keduanya adalah perbedaan pendapat yang harus direspon dengan wajar.
“Kalau ada yang tidak setuju dengan konsep Islam Nusantara ya kita terima,” ujarnya.
Perbedaan respon masyarakat terhadap konsep ini menurutnya adalah hal wajar. Sebagai sesuatu yang wajar, Ia mengimbau agar berbagai pihak tidak merespon yang berujung pertikaian. Selama ini, lanjutnya, umat Islam sudah terbiasa dalam perbedaan pendapat. Asal perbedaan tersebut tidak menyangkut pada masalah prinsip, maka tetap diperbolehkan dan dianggap wajar.
“Kecuali kalau ada yang ingin solat Subuh tiga rakaat. Nah, itu kan enggak bisa,” tegasnya. (Azhar/Din)