Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merilis hasil pantauan tayangan televisi sepuluh hari pertama Bulan Ramadhan pada Selasa (5/6).
Konferensi pers di Aula Buya Hamka, Gedung MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat ini dihadiri oleh Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom) KH Masduki Baidlowi, Wasekjen Infokom Buya Amirsyah Tambunan, Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran Nuning Rodiyah, Ketua Komisi Infokom Asrori S Karni, dan sejumlah Tim Pemantau TV Ramadhan.
Pada tahun ini, ada 15 TV yang dipantau oleh 20 pemantau dari lima komisi (Komisi Infokom, Komisi Fatwa, Komisi Dakwah, Komisi Bidang Pengkajian dan Penelitian, dan Komisi Pendidikan)
Dari sudut pandang KPI, kata Nuning, ada beberapa catatan, pertama adalah terjadi lonjakan penonton pada Bulan Ramadhan tepatnya pada rentang waktu 02:00 s.d 05:59 WIB. Selain itu, kuantitas program khusus pada Ramadhan 2018 ikut naik, antara lain 13 program sinetron dan film, 12 wisata budaya Ramadhan, dan 7 program ceramah.
“Program khusus Ramadhan 2018 lebih banyak dibandingkan 2017, tingkat penyampaian nilai-nilai Ramadhan pun semakin beragam, ada ceramah, sinetron, pencarian bakat, dsb, “ beber Nuning.
Sejak awal Ramadhan, lanjut Nuning, KPI telah memberikan 3 peringatan tertulis untuk program ajang bakat, game show, dan variety show, 2 teguran tertulis untuk reality show, dan 1 teguran tertulis 2 untuk variety show. Dengan konten yang dilanggar terkait penghormatan terhadap hak privasi, perlindungan anak dan remaja, dan penghormatan terhadap kesopanan dan kesusilaan.
“Konten pelanggaran terkait bullying dan pembicaraan yang asosiatif terhadap umur, lanjut Nuning.
Di sisi lain, fokus pantauan Tim Pemantau MUI lebih pada kesesuaian dengan fatwa MUI terkait penyiaran, komunikasi dan dakwah, kompetensi, akhlaq pengisi program dan waktu tayang siaran TV tersebut.
Beberapa televisi memperlihatkan komitmen serius, jelas Rida, menyiapkan program Ramadhan yang sejalan dengan standar siaran religi, namun masih ada beberapa program yang berlebel Ramadhan yang isi, gaya pembawaan, dan waktu tampilannya tidak sejalan dengan spriit Ramadahan
“Ada program yang melabeli dengan istilah Ramadhan seperti sahur, ngabuburit, dan penambahan kata Ramadahan tetapi muatanya jauh dari nilai Bulan Suci Ramadhan, “ tegas Rida, anggota Tim Pemantau.
Kualitas pendakwah agama, lanjut Rida, masih perlu terus dievaluasi, program komedi dan tayangan live, atau program konser musik dan sinetron trio Trans TV, Trans 7, dan ANTV masih mendominasi program yang paling banyak dikritik.
“Sangat disayangkan, karena Trans Corp dan ANTV juga banyak memproduksi program positif, karena nila setitik rusak susu sebelangga, “ kata Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat ini.
Setelah 11 tahun melakukan pantauan tayangan Ramadhan bersama KPI Pusat, kata Asrori, industri televisi sudah memperlihatkan i`tikad pembenahan tayangan yang baik.
“Titik balik pembenahan tayangan Ramadhan terjadi di tahun 2013, jika pada 2012 hanya tiga televisi yang patut mendapatkan apresiasi, di tahun 2013 hanya tinggal tiga tv yang mendapat kritik besar, “ ungkap Ketua Komisi Infokom kepada pers. (Ichwan)