Abah Rosyid, sapaan akrab Abdul Rosyid Wahab, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maumere, NTT, menerima penghargaan Ma’arif Award 2018 karena aktivitasnya dalam menyuburkan toleransi di sana.
Bagi Abah Rosyid, penting sekali meningkatkan sosialisasi kemanusiaan saat hidup dalam keberagaman seperti di Maumere maupun Indonesia pada umumnya. Kebersamaan sangat penting karena tolensi lahir dari suasana terbiasa dalam kebersamaan.
Dengan penduduk Maumere yang mayoritas menganut Kristen dan Katolik, Abah Rosyid bercerita bahwa caranya mendekati umat beragama lain di sana adalah melalui budaya.
“Kita dekati dengan budaya orang Sikka. Budaya orang Sikka itu sebenarnya kalau kita datang ke rumah mereka merasa terhormat jadi mereka bisa mencurahkan apa yang mereka punya,” tutur Abah Rosyid di Gedung Metro TV, Jakarta Barat.
Melalui pendekatan itu, Abah Rosyid mampu mendirikan lembaga pendidikan Islam yang delapan puluh persen pelajarnya menganut Katolik. Ia juga melahirkan panti sosial yang mendorong anak-anak di dalamnya melanjutkan pendidikan sampai sarjana. Meskipun Maumere hidup dalam keberagaman, namun kehidupan warganya dekat dan tanpa sekat.
“Kita sudah datang dari dulu hidup bersama sudah turun temurun. Kita jaga terus. Dulu dan sekarang cara berbuat baik berbeda caranya. Berikhtiar, sabar , kita harus punya idealisme. Tahta dan harta itu di dunia saja,” ujarnya.
Usaha Abah Rosyid bukan dimulai baru-baru ini saja, namun sudah lama. Pada tahun 1995 misalnya, saat ada peristiwa pencemaran hosti yang melibatkan umat Kristen dan Katolik, Ia menyerukan umat Islam tidak ikut campur mengeruhkan susana.
Tidak sampai di situ, saat terjadi letusan Gunung Rokatenda pada tahun 2013, Abah Rosyid memimpin para relawan membantu korban-korban yang seluruhnya beragama selain Islam. Ia juga menghibur para korban tersebut sehingga mereka tidak trauma dan terus bersedih.
Raihan Ma’arif Award, tutur Abah Rosyid, merupakan pemacu untuk bekerja di kemanusiaan lebih baik lagi kedepan. Ia ingin, dari penghargaan ini, generasi muda termotivasi untuk menyuburkan toleransi di Indonesia.
“Award ini dapat menjadi tantangan saya kedepan yaitu bagaimana saya memelihara award ini, dan memacu untuk kita menyempurnakan apa yang belum kita selesaikan,” pungkasnya.
Maarif Award adalah penghargaan dua tahun sekali sejak 2007 dari Maarif Institute. Penerima pengargaan merupakan lembaga atau tokoh yang aktiv dan berkomitmen menjaga dan menghidupkan toleransi, keragaman, serta keadilan sosial. Abah Rosyid merupakan satu-satunya penerima penghargaan ini pada tahun 2018. (Haruni/Anam)