Jakarta – Menjelang Ramadhan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan umat bahwa bulan ini adalah momentum berbenah diri. Pada bulan Ramadhan, pahala segala kebaikan dilipatgandakan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak memaksimalkan amal salih di bulan ini.
“Ramadhan adalah bulan yang menjadi momentum siklus tahunan buat kita untuk berbenah diri,” ujar Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi ini saat memberikan Tausiah Ramadhan Selasa (15/05) di Gedung MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat.
Dia menambahkan, selain Ramadhan menjadi bulan khusus, ibadah puasa sendiri juga merupakan ibadah khusus. Di antara lima rukun Islam, hanya puasa yang disebut sebagai ibadah khusus untuk Allah SWT sendiri, karena yang betul-betul mengerti kita sedang berpuasa atau tidak, hanya diri kita sendiri dan Allah SWT.
“Secara khusus dijelaskan oleh Allah bahwa puasamu itu untukku bukan untuk yang lain. Bulan puasa memiliki makna khusus,” ungkapnya.
“Secara horizontal, kita juga mesti banyak melakukan kebaikan sosial dengan apa yang kita mampu, apa yang bisa kita bermanfaat untuk sesama manusia,” tambahnya.
Kiai Masduki juga mengingatkan bahwa kebiasaan boros atau isrof di bulan Ramadhan patut dihindari. Banyak yang hanya memindahkan jadwal makannya dari pagi dan siang menjadi malam hari, sehingga esensi puasa kurang tercermin.
Senada dengan Kiai Masduki, Ketua MUI Bidang Fatwa Prof. Huzaemah T. Yanggo menekankan bahwa arti puasa adalah menahan diri.
“Yang begitu (boros) nanti yang disebut isrof atau mubazir, padahal tujuan puasa adalah supaya kita merasakan penderitaan fakir miskin,” ujarnya.
Selain Isrof, Guru Besar UIN Jakarta ini juga mengingatkan agar selama beribadah puasa, kita tidak hanya menjaga mulut tetapi juga jemari dari menyebarkan hoax di media sosial. Menyebarkan hoax, menurutnya, adalah tindakan yang bisa melenyapkan pahala puasa.
“Ada lima hal yang menghilangkan pahala puasa yaitu menggunjing, adu domba, berbohong, suka bersumpah bukan pada tempatnya, dan melihat dengan syahwat,” tegasnya.
Pada bulan Ramadhan, setiap Individu wajib menabur kesalehan kepada siapapun. Bulan ini juga mendidik kita menjadi umat yang lebih bertaqwa dan diharapkan setelah bulan Ramadhan kadar ketaqwaan tersebut semakin meningkat.
“Hasil latihan kita selama bulan Ramadhan kita akan tingkatkan di bulan-bulan berikutnya. Pada Idul Fitri kita diwisuda menjadi orang yang bertaqwa,” tandasnya. (Azhar/Anam)