JAKARTA — Bom bunuh diri yang menyasar tiga Gereja di Surabaya merupakan bentuk terorisme baru yang memprihatinkan. Pasalnya, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Pantekosta Pusat, dan Gereja GKI adalah satu keluarga yang melibatkan ayah, ibu, dan empat orang anaknya.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin merasakan keprihatinan yang dalam saat melihat fenomena ini.
“Peristiwa pengeboman yang terjadi yang melibatkan keluarga, ayah, ibu, dan anak-anaknya itu merupakan keprihatinan sendiri yang sangat mendalam, ” ujarnya Senin (14/5).
Sebagai langkah deradikalisasi, Kiai Ma’ruf berpesan semua pihak dapat menanamkan nilai keramahan, saling mencintai dan menyayangi dalam membina rumah tangga.
“Menjadi penting bagi kita semua membina keluarga supaya mereka benar-benar dapat memahami kehidupan yang ramah, ” ujarnya.
“Kehidupan yang saling saling mencintai dan menyayangi dan jangan sampai mereka terprovokasi oleh ajaran-ajaran radikal maupun terorisme, ” imbuhnya.
Pembinaan keluarga seperti ini harus menjadi fokus semua pihak sehingga keluarga tidak mudah terjerumus dalam ajakan radikalisme maupun terorisme.
“Menjadi kewajiban kita semua para ulama, pejabat pemerintah, dan semua pihak tokoh masyarakat untuk menjaga dari masing-masing keluarga agar mereka tidak terprovokasi oleh ajaran radikalisme dan terorisme, ” katanya.
Kiai Ma’ruf mengkhususkan pembinaan keluarga karena keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang harus memperoleh perhatian lebih besar dan lebih khusus lagi. (Azhar/Din).